Langsung ke konten utama

ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL < 6 JAM DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN S.F

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1.   Latar Belakang

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi pada khususnya neonatus sebesar 10 juta jiwa pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99%. Data dari BKKBN menunjukkan bahwa angka kematian ibu pada tahun 2011 mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi di Indonesia tahun 2011 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi yaitu 7 kali lebih tinggi dari Singapura, 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggidari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Dari data tersebut, diketahui bahwa Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, untuk itu sesuai dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) yakni mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH pada tahun 2030.

 Tingginya angka kematian bayi ini dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan nonatal kurang baik, untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut. Rencana strategi nasional Making Pregnacy Safer (MPS) Indonesia 2001-2010 dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 mempunyai visi “kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman dan bayi yang di lahirkan hidup sehat”. Sedangkan salah satu misi MPS adalah mempromosikan kesehatan ibu dan bbl. Perlu adanya program kesehatan ibu dan bayi baru lahir (BBL) yang dapat menurunkan AKB.

Periode BBL (neonatus) adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia.pada masa ini terjadi proses penyesuaian system tubuh bayi dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstrauteri. Masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian karena pada masa ini terdapat mortalitas paling tinggi (Soetjiningsih, dkk, 2016).

Salah satu upaya atau cara untuk mengatasi masalah ini, pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil atau berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil. Disamping itu perlu dilakukan pula pembinaan kesehatan prenatal yang memadai dan penanggulangan faktor-faktor yang menyebabkan kematian perinatal yang meliputi perdarahan, hipertensi, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia dan hipotermi. (Myles, 2009). Tak lupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan para tenaga kesehatan juga senantiasa ditingkatkan untuk menyelaraskan upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu maupun bayi.

 

1.2.   Tujuan

1.2.1   Tujuan umum

Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen asuhan kebidanan varney dan pendokumentasian menggunakan SOAP

1.2.2   Tujuan khusus

Mahasiswa mampu dengan benar

1.      Menjelaskan konsep dasar bayi baru lahir fisiologis

2.      Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis

3.      Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif

4.      Menganalisis data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis potensial yang mungkin timbul pada bayi baru lahir

5.      Menganalisis masalah dan kebutuhan pada ibu bayi baru lahir

6.      Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera

7.      Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan bayi baru lahir

8.      Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun

9.      Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan

10.  Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

11.  Melakukan analisis dan pembahasan antara teori dan kasus yang ditemukan

 

1.3.   Manfaat

1.3.1        Manfaat Teoritis

Penulis dapat melaksanakan pengkajian data subjektif dan data obyektif pada bayi. Hasil pembuatan asuhan kebidanan ini penulis mendapatkan masukan pengetahuan tentang penanganan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

1.3.2        Manfaat Praktis

Bayi baru lahir mendapatkan asuhan kebidanan secara adekuat dan terhindar dari masalah bayi baru lahir.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

 

2.1   Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir sampai dengan usia 4 minggu, biasanya lahir pada usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu (Wong, 2003).

Bayi baru lahir normaladalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 - 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar ≥ 7 dan tanpa cacat bawaan (Haws, 2007).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 28-40 minggu dengan berat badan lahir 2500-4000 gram (Manuaba, 2010).

 

2.2   Klasifikasi Bayi Baru lahir

Klasifikasi bayi baru lahir (neonatus) menurut Kosim (2012), dibedakan menjadi 3 kategori :

1.      Pertama, klasifikasi neonatus menurut masa gestasi atau umur kehamilan yaitu :

a.       Bayi kurang bulan (BKB): Bayi dilahirkan dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu (<259 hari)

b.      Bayi cukup bulan (BCB): Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu(259-293 hari)

c.       Bayi lebih bulan (BLB): Bayi dilahirkan dengan masa gestasi

>42minggu (294 hari)

2.      Kedua, klasifikasi neonatus menurut berat lahir yaitu :

a.       Bayi berat lahir rendah (BBLR) :Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.

b.      Bayi berat lahir cukup/normal : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >2500-4000 gram

c.       Bayi berat lahir lebih :Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir lebih dari 4000 gram.

3.      Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat dikelompokkan menjadi : Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK), dan Besar Masa Kehamilan (BMK), dengan cara yang sama berdasarkan umur kehamilan saja bayi-bayi dapat digolongkan menjadi Bayi Kurang Bulan(BKB), Bayi Cukup Bulan(BCB), dan Bayi Lebih Bulan(BLB).

 

2.3  Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Fisiologis

1.        Berat badan 2500 – 4000 gram

2.        Panjang badan lahir 48 – 50 cm

3.        Lingkar dada 30 – 38 cm

4.        Lingkar Kepala 33 – 35 gram

5.        Frekuensi jantung 120-160x/menit

6.        Pernapasan ±40-60x/menit

7.        Kulit  kemerah-merahan  dan  licin  karena  jaringan  subkutan terbentuk dan diliputi verniks caeseosa.

8.        Rambut lanugo tidak terlihat

9.        Rambut kepala telah sempurna

10.    Kuku agak panjang dan lemas

11.    Bergerak aktif

12.    Mempunyai nilai APGAR >7

Tabel 2.1 Tanda APGAR

Nilai

Pemeriksaan

0

1

2

Appearance (warna kulit)

Pucat

Badan merah, ekstremitas biru

Seluruh tubuh kemerah-merahan

Pulse rate (frekuensi nadi)

Tidak ada

<100

>100

Grimace (reaksi rangsangan)

Tidak ada

Sedikit gerakan mimic

Batuk/bersin

Activity (tonus otot)

Tidak ada

Ekstremitas dalam sedikit fleksi

Gerakan aktif

Respiration (pernapasan)

Tidak ada

Lemah, tidak teratur

Baik/menangis

Sumber : Sarwono, 2007

13.     Bayi lahir langsung menangis kuat

14.     Reflek (morro, rooting, sucking, dan grasping) baik

a.       Refleks Morro : Dapat dilihat bila bayi dikagetkan atau sekonyong-konyong digerakan akan terjadi refleks baru abduksi dan ekstensi. Lengan dan tangannya terbuka kemudian diakhiri dengan aduksi lengan.

b.      Refleks Grasping        : Bila telapak dirangsang tangan akan memberi reaksi seperti menggenggam.

c.       Refleks Rooting  : Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka mulut dan berusaha mencari puting untuk menyusu.

d.      Refleks Sucking : bila diletakkan sebuah benda di mulut bayi, maka bayi secara alami sudah siap menghisap.

15.     Testis  sudah  turun  (pada  anak  laki-laki),  genitalia  labio  mayora telah menutupi labia minora (pada anak perempuan).

16.     Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam 24  jam pertama, mekonium berwarna kecoklatan. (Dewi, 2010).

 

2.4    Proses Transisi ke Kehidupan Ekstrauterin

Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6 samapi 8 jam pertama kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi, dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan dan melahirkan (Soetjiningsih, dkk, 2016).

Periode transisi adalah waktu ketika bayi menjadi stabil dan menyesuaikan diri dengan kemandirian ekstrauteri (Varney, 2009).

1.      First Period of Reactivity

15-30 menit pertama setelah kelahiran yaitu bayi pertama kali menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pada stadium awal ini aktivitas system syaraf simpatik menonjol. Karakteristik pada periode ini, antara lain : deyut nadi apical berlangsung cepat dan irama tidak teratur, frekuensi pernapasan mencapai 80 kali per menti, peranfasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur dan adanya retraksi. Pada periode ini, bayi membutuhkan perawatan khusus, antara lain : mengkaji dan memantau frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat (Suhu aksila 36,5-37,50C)

a.       Sistem kardiovaskuler

1)      Detak jantung cepat tapi tidak teratur, suara jantung keras

2)      Tali pusat berdenyut

3)      Warna kulit masih kebiruan yang diselingi warna merah saat  menangis

b.      Traktus Respiratorius

1)      Pernapasan cepat dan dangkal

2)      Terdapat ronchi pada paru

3)      Terlihat pernapasan cuping hidung, merintih, ada penarikan dinding thorak

c.       Suhu tubuh cepat turun dan cepat naik

d.      Aktivitas

1)      Tonus otot meningkat dengan gerakan yang makin aktif

2)      Ekstremitas atas flexi, bawah extensi

e.       Fungsi usus

Peristaltik usus tidak ada/meningkat ditandai dengan pengeluaran mekonium. Menjelaskan akhir stadium ini, aktivitas system parasimpatik juga aktif :

1)      Detak jantung menjadi teratur, frekuensi turun.

2)      Tali pusat berhenti berdenyut

3)      Ujung ekstremitas kebiru-biruan

4)      Menghasilkan lender encer dan jernih

2.      Relative Unresponsive Internal (Fase Tidur)

Fase in merupakan interval tidak responsive atau fase tidur yang dimulai dari 30 menit setelah periode pertama reaktivitas dan berakhir pada 2-4 jam. Karakteristik pada fase ini adalah frekuensi pernafasan dan dneyut jantung menurun kembali ke nilai dasar, warna kulit cenderung stabil, terdapat akrosianosis dan bisa terdengar bising usus. Satu jam kemudian ditandai dengan menurunnya aktivitas system syaraf otonom, sehingga haru berhati-hati karena hati menjadi peka terhadap rangsangan, secara klinis dapat dilihat :

a.       Denyut jantung menurun

b.      Pernapasan menurun

c.       Bayi tertidur pulas

d.      Lendir mulut tidak ada

e.       Ronchi tidak ada

f.       Suhu tubuh menurun

3.      Second Period of Reactivity (4-6 jam)

Setelah bayi bangun, periode ini dimulai. Karakteristik pada periode ini adalah bayi memilii tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kegiatan sistem syaraf   otonom meningkat lagi, secara klinis terlihat :

a.       Bayi peka terhadap rangsang

b.      Pernapasan normal kembali

c.       Detak jantung normal kembali

Setelah bayi melewati periode transisional, bayi dipindahkan ke ruang rawat gabung bersama ibunya. Asuhan bayi baru lahir normal umumnya mencakup pengkajian tanda-tanda vital setiap 4 jam, pemeriksaan fisik setiap 8 jam, pemberian ASI on demand, mengganti popok serta menimbang berat badan. Selain asuhan transisional dan pasca transisional, asuhan bayi baru lahir juga diberikan pada bayi beruisa 2-6 hair, serta bayi berusia 6 miggu pertama (Muslitahun, 2010).

 

2.5   Adaptasi Bayi Baru Lahir

Adaptasi neonatal atau bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonates dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis, bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit (Muslihatun, 2015).

 

 

1.         Sistem Pernafasan

Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan normal dalam waktu 30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada rongga dada bayi melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan cairan paru yang jumlahnya 80-100 ml, berkurang sepertiganya sehingga volume yang hilang ini digantikan dengan udara. Paru mengembang sehingga rongga dada kembali kebentuk semula, pernapasan pada neonatus terutama pernapasan diapragmatik dan abdominal frekuensi dan kedalaman pernapasan masih belum teratur. Upaya pernapasan pertama berfugsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru utuk pertama kali, agar alveolus dapat berfungsi harus terdapat surfaktan dalam jumlah yang cukup dan aliran darah ke paru (Rochmah. 2012)

2.         Suhu Tubuh

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri, sehingga cenderung akan mengalami stress fisik akibat adanya perubahan suhu di luar uterus. Suhu  normal tubuh aksila BBL adalah 36,50 C - 37,50 C. Suhu  di dalam uterus sekitar 36ºC-37ºC sedangkan suhu ruangan sekitar 24ºC-32ºC. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya penurunan suhu yang tajam pada bayi baru lahir.  Trauma dingin/cold stress (hipotermia) pada bayi baru lahir, dalam hubungannya dengan asidosis metabolic, dapat bersifat mematikan bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat.

Mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir kelingkungannya dapat terjadi secara : (Muslihatun, 2010)


a.    Evaporasi yaitu kehilangan panas melalui proses penguapan atau perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap. Pencegahannya, setelah bayi lahir segera mengeringkan bayi secara seksama dan menyelimuti  bayi dengan selimut atau kain bersih dan kering serta menutup bagian kepala bayi.

b.   Konduksi yaitu kehilangan panas dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi, misalnya menimbang bayi tanpa mengalasi timbangan bayi dan menggunakan stetoskop untuk pemeriksaan bayi baru lahir

c.    Konveksi yaitu  kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, misalnya aliran udara dingin dari kipas angin, dan hembusan udara dingin melalului ventilasi.

d.   Radiasi yaitu kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi, misalnya bayi terlalu dekat ke dinding tanpa memakai penutup kepala atau topi.

3.         Sistem kardiovaskular

Perubahan sirkulasi darah dari janin kepada sirklasi darah bayi dimulai dalam 60 detik setelah persalinan., tetapi mungkin belum tuntas sampai beberapa minggu.

Dua kejadian penentu yang memicu penutupan pirau janin adalah :

a.       Tarikan napas pertama menyebabkan sistem pembuluh darah menjadi relaksasi dan terbuka. Inflasi serta ekspansi paru menyebabkan peningkatan aliran darah paru. Sirkulasi paru berubah dari jalur dengan resistensi tinggi menjadi jalur beresistensi rendah sehingga 90% darah mengalir melalui jaringan pembuluh darah paru.

b.      Penghentian sirkulasi umbilikus sehingga perfusi plasenta juga terhenti. Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janin-plasenta terputus. Sistem sirkulasi bayi sekarang merupakan sistem sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek segera setelah tali pusat diklem adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik (systemic vascular resistance, SVR). Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik tetapi menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan aliran darah dalam jantung.

Tabel 2.2 Perubahan Sirkulasi Janin Ketika Lahir

Struktur

Sebelum Lahir

Setelah Lahir

Vena umbilikalis

Membawa darah arteri ke hati dan jantung

Menutup; menjadi ligamentum teres hepatis

Arteri umbilikalis

Membawa darah arteriol venosa ke placenta

Menutup; menjadi ligamentum vesikale pada dinding abdominal anterior

Duktus venosus

Pirau darah arteri kedalam vena kafa inferior

Menutup; menjadi ligamentum venosum

Duktus arteriosus

Pirau darah arteri dan sebagian darah ven dari arteri pulmonalis ke aorta

Menutup; menutup menjadi ligamentum arteriosum

Foramen ovale

Menghubungkan atrium kanan dan kiri

Biasanya menutup; kadang-kadang terbuka

Paru-paru

Tidak mengandung udara dan sangat sedikit mengandung darah; berisi cairan

Berisi udara dan disuplai darah dengan baik

Arteri pulmonalis

Membawa sedikit darah ke paru

Membawa banyak darah keparu

Aorta

Menerima darah dari kedua ventrikel

Menerima darah hanya dari ventrikel kiri

Vena kafa inferior

Membawa darah vena dari tubuh dan darah arteri dari plasenta

Membawa darah hanya ke atrium kanan

Sumber: Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir, Stright: 2006

Pada BBL, sirkulasi perifer yang lambat,menyebabkan akrosianosis. Denyut nadi antara120 - 160 kali per menit saat bangun dan 100 kali per menit saat tidur. Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mm Hg dan bervariasi sesuai ukuran dan tingkat aktifitas bayi.

4.         Adaptasi Neurologis

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang sempurna. Refleks bayi baru lahir merupakan indikator perkembangan normal.

 

 

Tabel 2.3 Refleks pada Bayi Baru Lahir

Refleks

Respons Normal

Respons Abnormal

Rooting dan mengisap

Bayi baru lahir menolehkan kepada ke arah stimulus, membuka mulut, dan mulai mengisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh dengan jari atau puting.

Respons yang lemah atau tidak ada respons terjadi pada prematuritas, penurunan atau cedera neurologis, atau depresi sistem saraf pusat

Menelan

Bayi baru lahir menelan dan mengisap apabila terdapat cairan di belakang lidah.

Muntah, batuk, atau regurgitasi cairan dapat terjadi, kemungkinan berhubungan dengan sianosis sekunder karena prematuritas , defisit neurologis, atau cedera, terutama terlihat setelah laringoskopi.

Ekstrusi

Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau puting.

Ekstrusi lidah secara kontinu atau menjulurkan lidah yang berulang-ulang terjadi pada kelainan SSP dan kejang.

Moro

Ekstensi simetris bilateral dan abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf ‘C’ diikuti dengan adduksi ekstremitas dan kembali ke fleksi relaks jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika diletakkan terlentang pada permukaan datar.

Respon asimetris terlihat pada cedera saraf perifer (pleksus brakialis) atau frakur klavikula atau fraktur tulang panjang tangan dan kaki.

Glabellar “blink”

Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketuk pertama pada batang hidung saat mata terbuka.

Terus berkedip dan gagal berkedip menandakan kemungkinan gangguan neurologis

Palmar grasp

Jari bayi akan menekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya bila jari ditletakkan di telapak tangan bayi

Respons ini kurang pada bayi prematur. Asimetris dapat terjadi pada kerusakan saraf perifer (pleksus brakialis) atau fraktur humerus. Tidak ada respons berarti telah terjadi defisit neurologis yang berat.

Plantar grasp

Jari bayi akan melekuk di sekeliling benda seketika bila jari diletakkan di telapak kaki bayi.

Respons ini kurang pada bayi prematur. Tidak ada respons berarti telah terjadi defisit neurologis yang berat.

Babinski

Jari-jari kaki bayi akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki.

Tidak ada respons yang terjadi pada defisit SSP.

    Sumber : Sondakh, 2013

5.         Metabolisme Glukosa

Otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada saat kelahiran, setelah talipusat diklem, seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir kadar glukosa darah akan turun dalam waktu 1-2 jam. Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermi saat lahir, kemudian mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam satu jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan dalam satu jam pertama, otak bayi akan mengalami risiko. Bayi baru lahir kurang bulan, IUGR, dan gawat janin merupakan kelompok yang paling berisiko, karena simpanan energi mereka berkuang atau digunakan sebelum lahir (Rochmah, 2012).

6.      Adaptasi Ginjal

Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir, dan dua sampai enam kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5 sampai 20 kali dalam 24 jam. Urine dapat keruh karena lendir dan garam asam urat, noda kemerahan dapat diamati pada popok karena kristal asam urat. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus froksimal, serta renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan orang dewasa. (Muslihatun, 2010).

7.      Adaptasi Gastrointestinal

Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur dibandingkan orang dewasa, membran mukosa pada mulut berwarna merah jambu dan basah. Gigi tertanam didalam gusi dan sekresi ptialin sedikit. Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai mengisap dan menelan. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri sangat penting, contohnya memberikan makan sesuai keinginan bayi (ASI on demand) (Rochmah, 2012).

Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan selain susu masih terbatas, hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada neonatus (Maryanti. 2011).

8.      Adaptasi Hati

Selama kehidupan janin sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah, dan selama periode neonatus hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai lima bulan kehidupan ekstra uterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defesiensi terhadap zat besi. Setelah bayi lahir, hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfolofis berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Enzim hepar belum aktif benar, seperti enzim dehidrogenas dan transferase glukoronil sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus neonatorum fisiologis. (Maryanti, 2011).

9.      Adaptasi Sistem Imun

Penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama periode neonatus adalah infeksi. Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di pintu masuk. Imaturitas sejumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan risiko infeksi pada periode bayi baru lahir. Respon inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Imunoglobin A (Ig A) hilang dari saluran pernafasan dan perkemihan; kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, Ig A juga tidak terdapat saluran GI.

 

2.6   Penanganan Bayi Baru Lahir

Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden infant death syndrome (SIDS) (Lissauer, 2013).

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi (Saifuddin, 2010).

Asuhan bayi baru lahir meliputi :

1)      Pencegahan Infeksi (PI)

2)      Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi

Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan :

a.       Apakah kehamilan cukup bulan?

b.      Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?

c.       Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2013)

3)      Pemotongan dan perawatan tali pusat

Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

 Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara, membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013).

4)      Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama berlangsung pada menit ke 45-60 dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

5)      Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

6)      Pemberian salep mata/tetes mata

Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

7)      Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri

Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013). Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir (Lowry, 2014).

 

8)       Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan

Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

9)      Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. Saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

10)  Pemberian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.

 

2.7    Pengukuran Rutin Bayi Baru Lahir

Pengukuran rutin bayi baru lahir nenurut Maryunani dan Nurhayati (2008), yaitu :

1.      Berat badan

Berat  badan  pada  bayi  cukup  bulan  normalnya  2500-4000  gram. Timbang berat badan bayi segera setelah lahir karena dapat terjadi penurunan berat badan secara cepat.

2.      Panjang badan

Panjang badan diukur dari puncak kepala  sampai  tumit pada bayi cukup bulan normalnya 48-53 cm.  Terkadang agak  sulit dilakukan pada  bayi  cukup  karena  adanya  molase,  ekstensi  lutut  tidak sempurna. Bila panjang badan kurang dari 45 cm atau lebih dari 55 cm perlu dicermati adanya penyimpangan kromosom.

3.      Lingkar kepala

Lingkar  kepala  diukur  dangan meteran, mulai  dari  bagian  depan kepala  (diatas  alis  atau  area  frontal)  dan.  area  occipital  disebut oksipito frontalis  yang  merupakan  diameter  terbesar.  Lingkar kepala normalnya 31-35,5 cm pada bayi cukup bulan.

4.      Lingkar dada

Lingkar  dada  pada  bayi  cukup  bulan  normalnya  30,5-33  cm, sekitar 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala. Pengukuran dilakukan tepat pada garis bawah dada. Bila lingkar dada kurang dari 30 cm perlu dicurigai adanya premature.

 

2.8    Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

a.    Nutrisi

ASI merupakan makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 23 jam sekali atau on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara sampai terasa kosong setelah itu baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja sampai usia enam bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin. Berikan ASI sampai dua tahun dengan tambahan makan lunak sesuai tahapan usia bayi. Bayi baru lahir akan diberikan sesuai dengan kapasitas lambung yaitu 3090 ml. Kebutuhan minum pada neonatus adalah:

Hari ke-1           =   50 – 60 cc/kgBB/hari

Hari ke-2           =   90 cc/kgBB/hari

Hari ke-3           =  120 cc/kgBB/hari

 

 

Tabel 2.4 Kebutuhan air pada neonatus:

Umur

Rata-rata BB (kg)

Air total dalam 24 jam (mL)

Air / kgBB dalam 24 jam (mL)

3 hari

3,0

250 – 300

80 – 100

10 hari

3,2

400 – 500

125 – 150

3 bulan

5,4

750 – 850

140 – 160

6 bulan

7,3

950 – 1100

130 – 155

9 bulan

8,6

1100 – 1250

125 – 145

1 tahun

9,5

1150 – 1300

120 – 135

 

b.    Eliminasi

Bayi baru lahir biasanya buang air kecil dalam waktu 24 jam, kadang-kadang BBL buang air kecil pada saat segera sesudah lahir. Pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam 24 jam pertama. (Rulina S. 2014). Pada tiga hari pertama, kotoran bayi masih berwarna hitam kehijauan. Tapi lama-lama akan berubah menjadi kuning. Pada bayi yang mendapatkan ASI, frekuensi BAB akan lebih sering sampai 10x sehari, tapi hanya sedikit-sedikit.

c.              Istirahat/tidur

Dalam dua minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dan selimut bayi.

d.             Personal hygiene

1.    Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, sebelum mandi sebaiknya periksa suhu tubuh bayi. Jika terjadi hipotermi lakukan skin to skin dan tutpi kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam. Sebaiknya, bayi mandi minimal 2 kali sehari, mandikan dengan air hangat dan di tempat yang hangat.

2.    Melakukan perawatan tali pusat bayi menggunakan kasa kering.

3.    Bayi baru lahir akan BAK paling lambat 12-24 jam pertama kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi iritasi di daerah genetalia.

4.    BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwana kehitaman, hari 3-6 feces tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna kekuningan. Segera bersihkan bayi setiap selesai BAB agarbtidak terjadi iritasi didaerah genetalia.

e.    Aktivitas

Bayi mempunyai dua cara untuk berkomunikasi, yaitu menangis (tidak nyaman) dan tersenyum (senang). Bayi yang menangis bisa dikatakan sakit jika tangisan bayi menetap atau terus menerus. Tangis yang tidak normal (melengking, high pitch cry) mungkin sampai kejang.

 

2.9    Penilaian Bayi Baru Lahir untuk Tanda-Tanda Kegawatan

Menurut  Prawirohardjo  (2008).  Bayi  baru  lahir  dinyatakan  sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda berikut :

1.      Pernapasan sulit atau lebih dari 60 x/menit.

2.      Kehangatan dengan suhu antara 37-380C

3.      Warna  kulit  (terutama  pada  24  jam  pertama),  biru  atau  pucat memar.

4.      Pemberian makanan seperti hisapan lemah, mengantuk berlebihan dan banyak muntah.

5.      Tali  pusat  seperti  merah  bengkak,  keluar  cairan,  bau  busuk  dan pernapasan sulit.

6.      Tinja  atau  kemih, seperti  tidak  berkemih  dalam  24  jam,  tinja lembek, sering berwarna hijau tua, ada lender atau darah pada tinja.

7.      Aktivitas seperti menggigil atau  tangis  tidak biasa,  lemas,  lunglai, kejang halus, tidak bisa tenang dan menangis terus menerus.

       Yang dilakukan jika timbul tanda bahaya:

1.       Rujuk bayi untuk perawatan lanjutan segera.

2.       Berikan pertolongan pertama sesuai kemampuan dan kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan.

3.       Bila rumah sakit jauh (>2 jam perjalanan) dan diduga ada infeksi, berikan suntikan antibiotika sebelum dirujuk.

 

 

2.10     Masalah yang Lazim pada Bayi Baru Lahir

a.    Darah dan keputihan dari vagina

Pada beberapa bayi perempuan yang baru lahir, kadang ditemui keputihan atau bercak darah yang keluar dari vaginanya seperti wanita yang tengah haid. Hal ini karena rahim yang dimiliki bayi perempuan sudah bekerja karena pengaruh hormon estrogen dari ibu saat bayi masih berada dalam kandungan terutama pada trimester III kehamilan. Kondisi ini tidak memerlukan pengobatan, karena pengaruh hormon akan hilang dengan sendirinya sekitar dua bulan tergantung kadar hormon ibu.

b.    Payudara membengkak

Pada bayi laki-laki pengaruh hormonal dari ibu akan terlihat pada payudara yang agak besar seakan-akan membengkak. Kondisi ini tidak memerlukan pemijatan karena akan menghilang sendiri.

c.    Lendir

Akibat adanya lendir, nafas bayi terdengar berisik suara grok-grok. Bunyi tersebut berasal dari cairan yang berada pada paru-paru karena organ ini menghasilkan lendir dan bunyi yang keluarkan bayi merupakan pertanda bahwa sekresinya berlebih. Pada bayi yang berbakat alergi maka produksi lendir akan meningkat. Selain itu  peningkatan lendir dapat disebabkan karena adanya infeksi. Sejauh lendir tidak menganggu makan, minum, tidak ada demam atau infeksi dan tidak mengganggu aktivitas bayi tidak perlu dikawatirkan. Sebab pada prinsipnya tubuh bayi memproduksi banyak lendir, hanya saja bayi tidak bisa mengeluarkannya seperti batuk karena refleknya belum baik. Cara untuk mengeluarkan lendir bayi yaitu dengan meletakkan bayi pada posisi tengkurap lalu tepuk-tepuk punggungnya. Lalu sebelum bayi minum, posisi tengkurap bagus karena posisi saluran nafanya lebih rendah sehingga lendir akan turun kearah mulut.

d.   Tinja berwarna hijau tua (mekonium)

Tinja bayi yang berwarna hijau tua dan agak kehitaman merupakan hal yang fisiologis. Hal tersebut disebabkan karena saat dalam kandungan bayi meminum cairan ketuban dan disekresikan oleh tubuh untuk kemudian kembali ke dalam air ketuban. Begitu lahir, bila buang air besar maka kotoran awal yang keluar adalah mekonium. Mekonium akan keluar selama 2–3 hari. Setelah itu kotorannya akan berwarna hijau, walaupun sudah tidak ada lagi hubungannya dengan air ketuban. Warna hijau ini diberikan oleh empedu yang terdapat di usus 12 jari. Bila tinja berwarna putih seperti dempul mungkin terdapat sumbatan pada empedu. Bayi normal BAB 6–8 x/hari dalam bentuk cair dan ada ampasnya. Bila BAB konsistensinya cair dan berlendir kemungkinan besar terjadi infeksi.

e.    Urine kuning pekat

Umumnya urin bayi baru lahir tidak putih bening melainkan kuning agak pekat, kadang kemerahan seperti darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh minuman yang diminum oleh bayi.

f.     Keringat

Pengeluaran keringat merupakan proses ekskresi yaitu membuang sisa garam dan racun dalam tubuh. Selain itu untuk mengeluarkan panas dalam tubuh dan membuat suhu permukaan kulit turun.

g.    Air mata

Pada beberapa bayi ada yang memproduksi air mata secara berlebihan. Hal ini disebabkan oleh saluran menuju hidung yang masih belum sempurna dan belum dapat difungsikan dengan baik, sehingga bayi hanya dapat mengeluarkan air mata hanya dari matanya saja. Saluran hidung ini akan berfungsi dengan baik pada usia 1 tahun.

h.    Ikterik

Merupakan perubahan warna kulit/sclera mata berwarna putih menjadi kuning karena kadar bilirubin dalam darah. Ikterik pada bayi dikatakan fisiologis apabila muncul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir. Penanganan yang perlu dilakukan yaitu berupa observasi ketat dan cermat pada 24 jam pertama sehingga ikterus tidak potensial menjadi patologis. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan terus memberi ASI (banyak minum), melakukan terapi sinar yaitu dengan menyinari bayi pada pagi hari sekitar jam 7 sampai jam 8 selama sepuluh menit. Namun apabila terjadi keadaan patologik perlu dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan golongan darah ibu dan bayi serta kadar bilirubin.

i.      Gumoh

Meupakan suatu keadaan keluarnya isi di dalam lambung baik cairan maupun makanan (ASI atau PASI) segera setelah bayi diberikan asupan tersebut tanpa mengalami proses pencernaan melalui gerak peristaltik otot lambung. Penyebab terjadinya gumoh antara lain:

1.    Bayi sudah merasa senang

2.    Posisi salah saat menyusui

3.    Posisi botol yang salah

4.    Tergesa-gesa saat pemberian susu

5.    Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan

Hal yang dapat dilakukan ketika bayi mengalami gumoh, yaitu:

1.    Perbaiki teknik menyusui

2.    Perhatikan posisi botol saat pemberian susu

3.    Sendawakan bayi setelah disusui

4.    Lakukan teknik menyusui yang benar, yaitu bibir mencakup rapat seluruh putting susu ibu sampai ke areola

j.      Muntah

Muntah terjadi ketika anak/bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, terkadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi, muntah sering terjadi pada beberapa minggu pertama. Hal tersebut merupakan reaksi spontan ketika isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Refleks ini dikoordinasikan di medulla oblongata. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan, penyakit intracranial, atau toksin yang dihasilkan oleh bakteri. Yang dapat dilakukan ketika bayi mengalami muntah, yaitu:

1.    Kaji faktor penyebab dan sifat muntah

2.    Berikan pengobatan yang bergantung pada factor penyebab

3.    Ciptakan suasana tenang

4.    Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati

5.    Berikan diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah

6.    Berikan antiemetic jika terjadi reaksi simptomatis

7.    Rujuk segera

 

2.11     Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda dan gejala sakit berat pada bayi baru lahir sering tidak spesifik. Tanda ini dapat terlihat pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit. Pengelolaan awal bayi baru lahir dengan tanda ini adalah stabilisasi dan mencegah keadaan yang lebih buruk. Tanda ini mencakup:

a.    Tidak bisa menyusu

b.    Kejang

c.    Mengantuk atau tidak sadar

d.   Frekuensi napas <20 x/menit atau apneu (pernapasan berhenti selama >15 detik)

e.    Frekuensi napas >60 x/menit, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

f.     Merintih

g.    Tarikan dada bawah ke dalam yang kuat

h.    Sianosis sentral

i.      Lemas

j.      Bayi merintih/menangis terus-menerus

k.    Tali pusar kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah

l.      Demam tinggi

m.  Mata bayi bernanah

n.    Diare/BAB cair >3 x/hari

o.    Kulit dan mata bayi kuning

p.    Tinja bayi saat BAB berwarna pucat (Kementrian Kesehatan RI, 2015)

 

2.12     Program Kebijakan Kunjungan Ulang Neonatus

Menurut Depkes (2009), program kebijakan kunjungan ulang neonatus yaitu sebagai berikut:

a.    Kunjungan neonatus 1 (KN 1)

Dilakukan dalam kurun waktu 6–48 jam (1–2 hari) setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan pernapasan, warna kulit, dan gerakan aktif atau tidak, ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, pemberian salep mata, vitamin K, dan imunisasi Hepatitis B.

b.    Kunjungan neonatus 2 (KN 2)

Dilakukan dalam kurun waktu hari ke-3–7 hari setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan fisik, penampilan dan perilaku bayi, nutrisi, eliminasi, personal hygiene, pola istirahat, keamanan, dan tanda-tanda bahaya yang terjadi.

c.    Kunjungan neonatus 3 (KN 3)

Dilakukan dalam kurun waktu hari ke-8–28 hari setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi badan, dan nutrisinya.

 

2.13     Imunisasi pada Bayi Baru Lahir

Imunisasi adalah upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak. Imunisasi memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti vaksin Polio (IGN Ranuh, 2008).

a.    Berbagai jenis imunisasi dasar pada bayi yang wajib diperoleh

1.    Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit yang dapat merusak hati. Diberikan 3 kali pada usia 1-11 bulan dengan interval 4 minggu cakupan imunisasi lengkap pada anak, yang merupakan gabungan dari tiap jenis imunisasi yang didapatkan seorang anak. Sejak tahun 2004, hepatitis B disatukan dengan pemberian DPT-HB (Proverati, 2010).

 

 

2.    Imunisasi BCG

Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC (Tubercolosis), yaitu penyakit paru-paru menular dan dilakukan satu kali pada bayi usia 0-11 bulan.

3.    Imunisasi DPT

Imunisasi dengan menimbulkan vaksin racun kuman yang telah dihilangkan racunnya akan tetapi masihn dapat merangsang pembentukan zat anti (toxoid) untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Diberikan 3 kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval 4 minggu.

4.    Imunisasi Polio

Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit polio. Diberikan 4 kali pada usia 0-11 bulan melalui mulut.

5.    Imunisasi Campak

Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (menular) dan diberikan pada usia 9 bulan.

b.    Dosis, cara pemberian, jumlah pemberian, interval, dan waktu pemberian

Tabel 2.5 Dosis, Cara Pemberian, Jumlah Pemberian, Interval, Dan Waktu Pemberian

Vaksin

Dosis

Cara Pemberian

Jumlah Pemberian

Interval

Waktu Pemberian

Hepatitis B

0,5 cc

Intramuscular di bagian paha luar

3 kali

4 minggu

0-11 bulan

BCG

0,05 cc

Intracutan di daerah musculus Deltoideus

1 kali

-

0-11 bulan

DPT

0,5 cc

Intramuscular

3 kali

4 minggu

2-11 bulan

Polio

2 tetes

Diteteskan ke mulut

4 kali

4 minggu

0-11 bulan

Campak

0,5 cc

Subcutan, di lengan kiri atas

1 kali

-

9 bulan

 

c.    Jadwal pemberian imunisasi

Tabel 2.6 Jadwal Pemberian Imunisasi

Usia

Vaksin

0 bulan

HB 1

1 bulan

BCG, Polio 1

2 bulan

DPT/HB Combo 1, Polio 2

3 bulan

DPT/HB Combo 2, Polio 3

4 bulan

DPT/HB Combo 3, Polio 4

9 bulan

Campak

(Sumber: Buku KIA, 2010)

 

2.14     Konsep Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

2.14.1    Pengkajian

A.    Data Subyektif

1)      Keluhan Utama

Bayi baru lahir normal atau bayi dengan keluhan rewel, tidak mau menyusu, kuning < 24 jam merupakan beberapa tanda bahaya bayi baru lahir yang harus diwaspadai (Kemenkes, 2013)

2)      Riwayat kehamilan dan persalinan

a)      Riwayat antenatal

a.       Frekuensi pemeriksaan kehamilan berpengaruh signifikan terhadap kondisi kesejahteraan janin selama dalam kandungan dan mempengaruhi kejadian komplikasi saat persalinan. Frekuensi kunjungan antenatal yang diharapkan adalah minimal 4 kali  sebagai upaya untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, yaitu 1 kali pada trimester I (sebelum minggu ke-16), 1 kali pada trimester II (antara minggu ke 24-28), dan 2 kali di trimester III (antara minggu 30-32 dan antara minggu 36-38) (Kemenkes, 2013).

b.      Pemeriksaan dan pemantauan pada pelayanan antenatal yang dilakukan dan dicatat dengan baik di buku KIA atau kartu ibu penting dilakukan agar dapat diketahui faktor risiko sedini mungkin. Keadaan patologis seperti DM gestasional kemungkinan anak akan mengalami hipoglikemia lebih besar (Prawirohardjo, 2008), preeklampsia dapat menyebabkan asfiksia, penggunaan obat-obatan yang dapat mempengaruhi keadaan bayi.

 

 

b)      Riwayat natal

Bayi dilahirkan dengan jenis partus biasa (normal/spontan) yaitu bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat–alat/pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung dalam waktu <24 jam. Persalinan lama dapat menyebabkan bayi mengalami asfiksia. Persalinan dengan alat dapat menyebakan cedera pada tubuh bayi.

Keadaan bayi waktu lahir langsung menangis, jenis kelamin, BB 2500-400 gram, PB 48-52 cm, dan tidak ada kelainan. KPD > 18 jam, ketuban berwarna hijau dapat menyebabkan bayi mengalami infeksi. IMD dilakukan setelah bayi lahir diletakkan pada dada ibu dan mencari putting susu ibu. IMD dilakukan selama 30-60 menit.

c)         Riwayat post natal

Faktor post natal yang mempengaruhi kualitas anak adalah faktor biofisika, psikososial, misalnya komponen biologis kesehatan tubuh atau organ, keadaan gizi, kekebalan terhadap penyakit, komponen fisik, perumahan, kebersihan lingkungan, fasilitas kesehatan dan pendidikan (Wiknjosastro, 2007). Pemberian vitamin K1 dan salep mata profilaksis.

a.       Riwayat kesehatan ibu

Pada anamnesis perlu dikaji apakah ibu menderita penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan janin seperti diabetes melitus, asthma bronkiale dan sebagainya (IDAI, 2014). Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu akan mempengaruhi kondisi janin yang dilahirkan. Misalnya ibu yang menderita diabetes mellitus kemungkinan anak akan mengalami hipoglikemia lebih besar (Wiknjosastro, 2007). Ibu menderita penyakit hepatitis B, HIV/ AIDS dapat menular ke bayi melalu ASI. Ibu yang mempunyai penyakit TBC juga dapat menularkan ketika kontak dengan bayi tanpa pelindung masker.

 

 

 

b.      Pola kebiasaan sehari-hari

1)      Nutrisi

Untuk mengetahui pola menyusui bayi meliputi frekuensi dan volume. Pada 24 jam pertama bayi mengonsumsi 7ml susu setiap kali menyusu, pada 24 jam kedua konsumsi meningkat 14 ml setiap kali menyusu. (Fraser, 2009)

2)      Eliminasi

Bayi yang normal mengeluarkan urine 4-10 jam setelah lahir. Pengeluaran urine normal untuk bayi aterm pada hari pertama kehidupan sebaiknya adalah 2-4 ml/kg/jam. (Fraser, 2009).

Pengeluaran mekonium dalam 10 jam pertama. Frekuensi BAB bervariasi 0-7 x/hari. Pada bayi ASI, BAB  lebih sering, awalnya  agak encer namun setelah 2-3 minggu, BAB jarang, dan mulai lembek. (Martono, 2011). Tinja yang berbentuk mekonium berwarna hijau tua yang telah berada di saluran pencernaan sejak janin berumur 16 minggu akan mulai keluar dalam waktu 24 jam. Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3, pada hari ke-4 sampai hari ke-5 warna tinja menjadi coklat kehijauan. Selanjutnya warna tinja akan tergantung dari jenis susu yang diminum (Wiknjosastro, 2008).

3)      Istirahat tidur

Kebutuhan istirahat tidur untuk bayi umur 1 hari adalah ± 18-20 jam/hari. Pada awal kelahiran bayi akan tidur selama beberapa menit bahkan sampai 4 jam (Wiknjosastro, 2008).

4)      Data Aktivitas

Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetri pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. (Sarwono, 2008).

 

 

5)      Data Personal Hygiene

Bayi baru lahir boleh dimandikan minimal setelah 6 jam setelah kelahiran (APN, 2008). Ibu dan keluarga harus mengganti popok setiap kali bayi BAB/BAK.

B.     Data Obyektif

a.       Pemeriksaan Umum

Keadaan umum  : Bayi yang sehat tampak kemerahan, aktif, tonus otot baik, menangis keras, minum baik (Wiknjosastro, 2008).

b.      TTV      

1)      Suhu : 36,5-37,50 C pada pengukuran di axila.

2)      Pernafasan    : 40-60 kali per menit. Nafas BBL tidak teratur kedalamannya, kecepatan dan iramanya

3)      Frekuensi jantung     : 120-160 kali per menit. Denyut nadi appikal sebaiknya dihitung dalam 1 menit supaya akurat. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama +180x/menit yang kemudian turun sampai 120-140 x/menit, pada waktu bayi berumur 30 menit (Wiknjosastro, 2008)

c.       Antopometri

1)      Berat badan  : 2500 – 4000 gr. Berat badan 3 hari pertama terjadi penurunan, hal ini normal karena mengeluarkan air kencing dan mekonium. Pada hari ke-4, berat badan naik.

2)      Panjang badan          : 48 – 52 cm

3)      Lingkar kepala         : Lingkar kepala normalnya 31-35,5 cm pada bayi cukup bulan.

a)      Sub Occiput Bregmatika (lingkaran kecil kepala): 32cm

b)      Sirkumferentia mento occipitalis (lingkar besar kepala) : 35 cm

c)      Sirkumferentia fronto occipitalis (lingkar sedang kepala): 34-35 cm

4)      Lingkar dada            : 30 – 38 cm

 

 

d.      Pemeriksaan fisik

a)      Kepala

Pada bayi baru lahir normal ditemukan bentuk mesosefal, fontanel anterior dan posterior masih teraba dan tidak tegang. Selain itu tidak didapati trauma lahir seperti kaput suksedaneum dan hematoma sefal (IDAI, 2010). Fontanel posterior akan menutup pada 2 bulan dan fontanel anterior pada usia 12-18 bulan (Uliyah dan Hidayat, 2008).

b)      Wajah

Pada bayi baru lahir normal menunjukkan bentuk simetris, tidak menunjukkan tanda dismorfik yang berhubungan dengan sindrom kongenital atau kelumpuhan saraf (IDAI, 2010).  Wajah tampak datar merupakan ciri sindrom Down (Mundakel, 2017).

c)      Mata

Pada bayi baru lahir normal terpantau mata simetris, tidak terdapat kekeruhan kornea (tanda glaukoma kongenital /katarak), seringkali terlihat sekret yang agak lengket akibat saluran nasolakrimal belum berfungsi dan dapat hilang dalam waktu 3 bulan (IDAI, 2010). Mata yang tampak sipit miring ke atas luar adalah tanda sindrom Down (Mundakel, 2017).

d)     Hidung

Perlu diamati bentuk hidung dan lebar jembatanya (nasal Bridge), jarak tersebut tidak boleh lebih dari 2,5 cm pada BBL cukup bulan. BBL bernafas melalui hidung, jika BBL bernafas melalui mulut, maka haru dipikirkan kemungkinan terdapatnya obstruksi jalan nafas, dan pernapasan cuping hidung menunjukkan adanya gangguan pernafasan (IDAI, 2014). Selain itu, hidung yang kecil dan datar adalah salah satu tanda kelainan kromosom seperti sindrom down (Mundakel, 2017).

e)      Telinga

Perhatikan bentuk, ukuran dan posisi telinga, dan rasakan kartilagonya. Pada BBL cukup bulan telah cukup terbentuk tuang rawan sehingga bentuk telinga bisa dipertahankan. Daun telinga yang letaknya rendah yaitu yang batas atasnya lebih rendah dari kantus lateral mata, terdapat pada BBL dengan syndrom tertentu antara lain syndrom pierre robin maupun Down (IDAI, 2014).

f)       Mulut

Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-ngato-palatoskisis, harus diperhatikan juga apakah terdapat hipersalivasi yang mungkin disebabkan adanya atresia esofagus. Pada pemeriksaan mulut perhatikan juga terdapatnya hipoplasia depresor anguli oris yang ditandai dengan asimetri wajah apabila bayi menangis, sudut mulut dan mandibularis akan tertarik kebawah, keadaan ini dapat ditemukan kelainan kongenital berupa kelainan kardiovaskular dan dislokasi panggul kongenital (IDAI, 2014).

g)      Leher

Leher pada BBL tampak pendek akan tetapi pergerakannya baik. Pemeriksaan pada leher dilakukan untuk mengidentifikasi kelainan pada tulang leher yang ditandai dengan keterbatasan pergerakan. (IDAI, 2014)

h)      Dada

Pada BBL normal dada berbentuk seperti tong, simetris, dinding bergerak bersama dengan dinding perut, serta tidak ada retraksi dinding dada (IDAI, 2010).

i)           Abdomen

Perut bayi datar dan teraba lemas. Keadaan bahaya apabila pada tali pusat terdapat perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat. atau kemerahan sekitar tali pusat (Kemenkes RI, 2010). Keadaan tali pusat normal apabila tali pusat putih kebiruan pada hari ke-1 (Uliyah dan Hidayat, 2008)

 

 

 

j)        Punggung

Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bifida, meningomielokel, sinus pilonidalis (Rulina Suradi dalam Buku Ajar Neonatologi, 2014)

k)      Genetalia

a)   Pada anak laki-laki, glan penis bentuknya baik, testis sudah turun, scrotum simetris.

b)   Pada wanita, labia mayor sudah menutupi labia minor. Jika keluar darah seperti darah menstruasi merupakan hal normal.

c)   Bila terdapat keraguan misalnya pembesaran  klitoris pada bayi perempuan dan terdapatnya hidospadia atau epispadia pada bayi laki-laki, sebaiknya pemberitahuan jenis kelamin ditunda (IDAI, 2014).

l)        Anus

Perhatikan adanya anus imperforasus dengan memasukkan termometer kedalam anus (Rulina Suradi dalam Buku Ajar Neonatologi, 2014).

m)    Ekstremitas

a)      Atas        :           Bentuk simetris, gerak aktif, kuku tampak bersih, tidak ada kelainan seperti sindaktili, polidaktili. Apabila ditemukan adanya garis tangan yang hanya berjumlah 1 garis (Simian Crease) dapat dikatakan merupakan tanda sindrom Down (Mundakel, 2017).

b)      Bawah    :           Bentuk simetris, tidak ada kelainan seperti pes varus, pes valgus, gerakan aktif.

n)      Kulit

Wajah, bibir, selaput lendir, dan dada berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau bisul, tidak kebiruan (tanda sianosis). Apabila timbul kuning pada usia ≥ 24 jam hingga ≤ 14 hari dan tidak sampai telapak tangan/kaki merupakan ikterus fisiologis (Kemenkes RI, 2010).

 

Pemeriksaan Neurologis

Refleks adalah suatu gerakan yang terjadi secara spontan tanpa disadari pada bayi normal. Beberapa bentuk refleks antara lain :

Jenis Refleks

Macam Reflek

Deskripsi

Timbul + Durasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Reflek Pelindung

 

Moro

Rangsangan yang mendadak menyebabkan lengan terangkat keatas dan kebawah, terkejut dan relaksasi dengan lembut.

Saat lahir dan hilang sekitar usia 2 bulan.

Tonus leher

Respon “fencing” postural kepala, lengan dan tungkai mengarah ke salah satu sisi, relaksasi dengan lambat.

Saat lahir dan akan hilang sekitar 2 sampai 3 bulan

Menggenggam (graff reflek)

Bayi menggenggam setiap benda yang diletakkan ke dalam tanggannya cukup kuat sehingga dapat menyebabkan tubuhnya terangkat.

Saat lahir, hilang usia 2 bulan.

Mata berkedip

Kelopak mata menutup dan membuka ketika dirangsang dengan cahaya/sentuhan.

Saat lahir, sepanjang kehidupan.

Menangis

Sakit mendadak, dingin, lapar karena udara masuk melalui pita suara.

Saat lahir, sepanjang kehidupan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Reflek makan

Menghisap

 

Bibir monyong, lidah melipat menarik ke dalam, menghisap disebabkan karena lapar, rangsangan bibir.

Saat lahir, usia 6 bulan s/d 8 bulan (seperti gerakan rileks).

Rooting

Sentuhan bibir/pipi menyebabkan kepala menoleh ke arah sentuhan.

Saat lahir, 6 bulan.

Menelan

Otot-otot tenggorokan menutup trakea dan membuka esofagus ketika makanan berada dalam mulut.

Saat lahir, sepanjang kehidupan.

BAB

Pada rangsangan vulva, esofagus terbuka, terjadi peristaltik balik.

Saat lahir, sepanjang kehidupan.

 

 

 

 

Reflek bernafas

 

Gerakan pernafasan

Otot-otot dada dan abdomen menyebabkan gerakan otot inspirasi dan ekspirasi.

Saat lahir, sepanjang kehidupan.

Bersin

Aliran udara yang keras melalui hidung dan tenggorokan.

Saat lahir, sepanjang kehidupan.

Batuk

Aliran udara yang kuat dari tenggorokan dan paru-paru.

1 tahun, sepanjang kehidupan.

 

 

2.14.2    Identifikasi Diagnosa Dan Masalah

Langkah ini adalah langkah untuk menentukan diagnosa / masalah yang timbul berdasarkan pengkajian data yang dilakukan. Berdasarkan kategori usia gestasi (kurang bulan, cukup bulan, kurang bulan) dengan kategori berat, bayi baru lahir dapat digolongkan menjadi 9 kategori (Varney, 2009):

1.      Kurang bulan, kecil masa kehamilan

2.      Kurang bulan, sesuai masa kehamilan

3.      Kurang bulan, besar masa kehamilan

4.      Cukup bulan, kecil masa kehamilan

5.      Cukup bulan, sesuai masa kehamilan

6.      Cukup bulan, besar masa kehamilan

7.      Lewat bulan, kecil masa kehamilan

8.      Lewat bulan, cukup masa kehamilan

9.      Lewat bulan, cukup masa kehamilan

Diagnosa  :         NA/NP SMK/KMK/BMK hari ke…/ jam ke......

Masalah   :

a.    BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Perawatan bayi dengan BBLR dilakukan menyerupai bayi prematur.

b.    Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.

c.    Infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit.

d.   Cacat bawaan adalah cacat yang dibawa sejak lahir, atau cacat sejak dalam kandungan.

e.    Trauma jalan lahir: Chepalhematoma, caput succedaneum.

2.14.3    Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan dapat menimbulkan keadaan yang lebih parah. Pada asuhan kebidanan neonatus fisiologis sebagai berikut:

Diagnosa/masalah potensial : tidak ada

2.14.4    Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup tentang kebutuhan akan tindakan yang harus segera dilakukan untuk mengatasi diagnosa atau masalah potensial yang terjadi agar tidak terjadi komplikasi.

2.14.5    Perencanaan

Langkah ini berisi serangkaian asuhan yang akan diberikan kepada klien sesuai diagnosa atau masalah awal yang ada sesuai dengan standar pelayanan.

1.      Beri penjelasan pada ibu dan keluarganya tentang hasil pemeriksaan pada bayi.

R/ Ibu dan keluarga mengetahui keadaan bayi nya.

2.      Jaga kehangatan bayi

      R/ bayi baru lahir rawan terjadinya hipotermi

3.      Rawat tali pusat

Tali pusat dibungkus dengan kain kassa steril/bersih. R/ Mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat

4.      Injeksikan Vitamin K

R/ semua BBL harus diberi vitamin K1 (phytomenadione) injeksi 1 mg IM setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdaraha BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

5.      Olesi/berikan salep pata antibiotic tetrasiklin 1% atau antibiotic lain

R/salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu. Upaya pencegahan ini kurang efektif bila diberikan > 1 jam setelah kelahiran.

6.      Observasi TTV dan tanda bahaya baru lahir

R/ Bayi Baru Lahir mengalami adaptasi dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis, bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit (Muslihatun, 2015)

7.      Anjurkan ibu melanjutkan menyusui

      Pemberian ASI on demand, yaitu pemberian ASI tanpa jadwal (sesuka bayi)

      R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi dan kekebalan bayi

8.      Diskusikan dan berikan KIE pada ibu mengenai mengenai perawatan tali pusat, personal hygiene, cara menjaga kehangatan bayi, tanda bahaya bayi baru lahir, dan masalah yang lazim muncul pada bayi baru lahir beserta hal yang perlu dilakukan ibu jika menemukan tanda bahaya maupun masalah yang lazim muncul pada bayi.

R/ Ibu mengerti mengenai segala hal yang berhubungan dengan bayi baru lahir akan membuat ibu kooperatif untuk melakukan KIE yang diberikan

2.14.6    Pelaksanaan

Langkah penatalaksanaan dalam asuhan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan baik secara mandiri, kolaborasi / rujukan. Penatalaksanaan tindakan diupayakan dalam waktu yang singkat dan efektif, hemat dan berkualitas.

2.14.7    Evaluasi

Evaluasi keadaan ibu selanjutnya setelah dilakukan pemeriksaan dan tindakan yang diberikan

1.  Evaluasi jangka pendek

Evaluasi yang dilakukan saat itu juga setelah diberikan intervensi

2.  Evaluasi jangka panjang

Evaluasi jangka panjang dilakukan pada intervensi yang hasilnya baru bisa dinali setelah kunjungan berikutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB 3

TINJAUAN KASUS

 

Pengkajian

Tanggal pengkajian

Tempat

:

:

08 Februari 2019 jam 13.15 WIB

PMB S F

Oleh

 

:

Rina Septi Andriani

Data Subyektif

1.      Identitas bayi

Nama

:

By. Ny. K

Umur

:

1 jam

Tanggal lahir

:

08-02-2019,  jam 12.15 WIB

Jenis Kelamin

:

Laki-laki

2.      Identitas orang tua

Nama ibu

:

Ny. K

Nama suami

:

Tn. I

Umur

:

33 tahun

Umur

:

34 tahun

Agama

:

Islam

Agama

:

Islam

Suku/Bangsa

:

Jawa/Indonesia

Suku/Bangsa

:

Jawa/Indonesia

Pendidikan

:

SMA

Pendidikan

:

SMA

Pekerjaan

:

Tidak bekerja

Pekerjaan

:

Swasta

Alamat

:

Jl. Rxxxxx, Surabaya

 

 

3.      Keluhan : tidak ada

4.      Riwayat Kehamilan dan Persalinan

a.       Riwayat prenatal

Ibu mengatakan, ini adalah anak yang ke-tiga. HPHT 20 April 2018. Saat lahir usia kehamilan 40-41 minggu. Status imunisasi TT5 tahun 2004. Pertama kali PP test sendiri dengan hasil positif pada 21 Juni 2018. Pertama merasa gerakan janin sekitar awal bulan September 2018. Trimester I periksa kehamilan sebanyak 1 kali di PMB, keluhan mual, KIE yang diberikan tentang nutirisi dan istirahat, terapi yang diberikan ROB 1 (B6, asam folat, multivitamin). Trimester II periksa kehamilan sebanyak 3 kali yakni 2 kali di PMB dan 1 kali di PKM, tidak ada keluhan, KIE yang diberikan tentang nutrisi, tanda bahaya kehamilan, dan istirahat, terapi yang didapatkan adalah ROB 2 (Fe, kalk, dan multivitamin). Trimester III periksa kehamilan sebanyak 5 kali di PMB, tidak ada keluhan, terapi yang didapatkan adalah ROB 3 (multivitamin dan kalk) dan alinamin, KIE yang didapatkan adalah tanda bahaya kehamilan, tanda dan persiapan persalinan. Mengaku rutin meminum obat/vitamin yang diberikan. Tidak ada penyulit/kelainan selama hamil.

b.      Riwayat natal

Tanggal 8 Februari jam 12.15 WIB bersalin spontan di PMB S F dengan usia kehamilan 40-41 minggu, bayi berjenis kelamin laki-laki, ditolong oleh bidan, langsung menangis keras, ketuban jernih, BB 3500 gram, PB 50 cm. Plasenta lahir spontan lengkap pukul 12.25 WIB. Tidak ada kelainan atau cacat bawaan.

c.       Riwayat post natal

Keadaan umum bayi baik, bayi menangis kuat, tidak sesak, tidak sianosis.

5.      Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga

Tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit menurun, seperti hipertensi, DM, jantung, alergi, asma, dan talasemia, serta tidak ada keturunan cacat bawaan. Tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti TBC, IMS, dan penyakit menular lainnya

6.      Pola Fungsional Kesehatan

a.    Nutrisi

Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini, namun tidak berhasil.

b.    Eliminasi

Belum BAK dan BAB.  

Data Obyektif

1.      Pemeriksaan umum

a.    Keadaan umum        : baik bugar

Gerak tangis             : baik, kuat

b.    Tanda-tanda vital

Suhu                      : 36,8oC

HR                                    : 149 x/menit

RR                         : 48 x/menit

c.    Antropometri

Berat badan           : 3500 gram

Panjang badan       : 50 cm

Lingkar kepala      : 34 cm

Lingkar dada         : 34 cm

2.         Pemeriksaan fisik

Kepala           : Simetris, ubun-ubun rata

Wajah            : tidak oedem, tidak sianosis, warna kulit kemerahan

Mata              : Simetris, tidak cekung, skelera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada perdarahan pada mata, tidak ada sekret.

Hidung          : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Telinga           : simetris, tidak ada serumen

Mulut             : Bersih, bibir tidak pucat, lembab

Dada              : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan kombinasi dada dan perut, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada bunyi ronchi, maupun wheezing

Abdomen       : Simetris, supel, keadaan tali pusat baik, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak ada benjolan, tidak kembung, dan terdapat bising usus

Genetalia       : bersih, labia mayora telah menutupi labia minora, tidak ada pengeluaran pervaginam.

Anus              : ada lubang anus

Ekstremitas    : Simetris, akral hangat, tidak ada oedem baik kedua tangan atau kaki

Postur tubuh  : Tungkai dan lengan flexi

Kulit              : kemerahan, tidak ikterus, tidak sianosis, turgor kulit baik

3.      Pemeriksaan Neurologis

-      Reflek Moro             : ada cukup, Bayi terkejut ketika mendengar suara atau sentuhan mendadak

-      Refleks grasping      : ada kuat, Bayi berusaha menggenggam ketika disentuh telapak tangannya

-      Refleks Rooting       : ada kuat, Bayi dapat menoleh sesuai sentuhan yang diberikan pada pipi

-      Reflek Sucking        : ada kuat, Bayi menghisap jari saat jari dimasukkan ke mulut

Analisis

Bayi baru lahir cukup bulan SMK umur 1 jam.

Penatalaksanaan

Waktu

Penatalaksanaan

Pelaksana

13.20

1.   Menginformasikan hasil pemeriksaan serta asuhan yang akan diberikan, ibu dan keluarga mengetahui kondisi bayinya saat ini.

2.   Melakukan perawatan tali pusat dengan menggunakan kasa kering.

Tali pusat sudah terbungkus kasa kering.

Rina

13. 21

3.   Memberikan salep mata profilaksis. Sudah diberikan.

4.   Memberikan injeksi vit K 1 mg pada anterolateral paha kiri secara IM. Sudah disuntikkan.

5.   Menjaga kehangatan bayi (thermoregulasi). Bayi dibungkus dengan bedong dan diberi topi.

6.   Memfasilitasi bounding attachement antara ibu dan bayi.

Rina

13.25

7.   Memfasilitasi ibu menyusui bayinya. Bayi dapat menyusu dengan baik.

8.   Memberikan KIE kepada ibu tentang ASI eksklusif dan cara menyusui yang benar, ibu dapat melakukannya sendiri.

Rina

13.30

 

9.     Memberikan KIE tentang tanda bahaya baru lahir seperti tidak mau meyusu, menyusu lemah, tali pusat berbau dan mengeluarkan secret/darah, kuning seluruh tubuh, demam > 380C, kejang, dan segera membawa ke fasilitas kesehatan bila ada salah satu tanda bahaya tersebut.

Rina

13.33

10. Menyepakati kunjungan ulang 3 hari lagi tanggal 11 Februari 2019 atau segera bila ada keluhan/tanda bahaya.

11. Melakukan observasi BBL.

Rina

 

 

 

 

BAB 4

PEMBAHASAN

 

Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir fisiologis yang telah dilakukan pada kasus Bayi Ny. K secara umum  sudah  sesuai dengan teori dan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan. Berikut akan dibahas mengenai pengkajian data subyektif, data obyektif, analisis data dan penatalaksanaan yang telah diberikan.

Berdasarkan pengkajian data subjektif pada kasus Bayi Ny. K, dari data yang diperoleh dari riwayat kehamilan menunjukkan bahwa bayi tersebut lahir dengan masa gestasi 40 - 41 minggu (berdasarkan HPHT) dengan persalinan normal tanpa penyulit, berat badan lahir 3500 gram, langsung menangis kuat, tidak ada kelainan kongenital. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan bahwa definisi bayi cukup bulan (BCB) adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari) lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Kosim, 2012). Definisi lain bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 - 42 miggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar ≥ 7 dan tanpa cacat bawaan (Haws, 2007). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bayi Ny. K adalah bayi baru lahir normal cukup bulan (BCB).

Pada pola fungsi kesehatan eliminasi bayi diperoleh data bahwa bayi belum BAK dan BAB pada usia 1 jam.  Hal ini normal sesuai dengan teori bahwa sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir (Bobak, 2015). Sedangkan untuk pola defekasi, pada kasus ini bayi juga belum BAB, hal tersebut masih dikatakan normal karena sesuai dengan teori bahwa biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir, yaitu tinja berwarna kehitaman (Kemenkes RI, 2010). Dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa (Setelah 4-5 hari berubah warna kuning-coklat) (Martono, 2011).

Berdasarkan pengkajian data objektif secara keseluruhan didapatkan hasil pemeriksaan yang sesuai dengan teori mulai dari pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan antopometri, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan neurologis. TTV berada dalam batas normal, namun pada reflex morro didaparkan kekuatan yang cukup. Hal ini terjadi karena bayi lebih banyak tidur pada tahap ini. Pada usia 1 jam pertama, bayi berada pada fase tidur atau Relative Unresponsive Internal. Fase ini merupakan interval tidak responsive atau fase tidur yang dimulai dari 30 menit setelah periode pertama reaktivitas dan berakhir pada 2-4 jam. Karakteristik pada fase ini adalah frekuensi pernafasan dan denyut jantung menurun kembali ke nilai dasar, warna kulit cenderung stabil, terdapat akrosianosis dan bisa terdengar bising usus. Satu jam kemudian ditandai dengan menurunnya aktivitas system syaraf otonom, sehingga harus berhati-hati karena hati menjadi peka terhadap rangsangan, secara klinis dapat dilihat denyut jantung menurun, pernapasan menurun, bayi tertidur pulas, lendir mulut tidak ada, ronchi tidak ada, suhu tubuh menurun (Muslihatun, 2015).

Berdasarkan pengkajian dari data subyektif dan obyektif, maka dapat ditegakkan diagnosis Bayi baru lahir (neonatus) Cukup Bulan, Sesuai masa kehamilan, usia 1 jam. Hal ini sesuai teori bahwa pada Bayi Cukup Bulan dan sesuai masa kehamilan pada data objektif didapatkan keseluruhan normal dan masalah lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR dibanding dengan Bayi Cukup Bulan dan Bayi Berat Lahir Normal (Sesuai masa kehamilan) (Kosim, 2012). Analisis 1 jam Pengkajian di tuliskan berdasarkan data subjektif dan objektif bahwa ibu melahirkan pukul 12.15 WIB. Sedangkan pada saat pengkajian data dilakukan pada pukul 13.15 WIB (± 1 jam) sehingga tidak terjadi kesenjangan data.

Beberapa penatalaksanaan yang diberikan yaitu perawatan tali pusat, injeksi vitamin K1, dan salep mata profilaksis. Hal tersebut sebenarnya dapat dilakukan segera setelah lahir, namun bayi baru selsai IMD pada satu jam setelah lahir walaupun belum berhasil. Menurut JNPK-KR (2014), injeksi vitamin K1 dan pemberian salep mata antibiotik dapat diberikan setalah prose IMD dan bayi selesai menyusu. Namun pemberian salep mata antibiotik kurang efektif untuk mencegah infeksi bila pemberiannya > 1 jam. Penatalaksanan lainnya yaitu menjelaskan tentang tanda bahaya bayi baru lahir agar ibu dan keluarga mengetahui dan lebih memperhatikan bayinya agar terhindar keterlambatan penanganan akibat komplikasi yang terjadi pada BBL karena bayi belum dapat berbicara sehingga membutuhkan perhatian khusus dari orang-orang sekitar, khususnya orangtua, keluarga, dan tenaga kesehatan yang merawat bayi. Penatalaksanakan lainnya memfasilitasi ibu menyusui dan bounding attachement. Walaupun bayi lebih sering tidur pada 1-3 jam pertama, semakin sering bayi menghisap putting susu ibu maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Selain itu, adanya bounding attachment membuat bayi akan merasa aman, dicintai, dan diperhatikan oleh ibu (Yanti, dkk, 2011).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB 5

PENUTUP

 

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir yang dilakukan pada Bayi Ny. K usia 1 jam didapatkan kesimpulan :

1.      Bayi baru lahir normal karena bayi yang lahir pada rentang usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu yakni 40 - 41 minggu, dengan berat badan lahirnya 2500 gram sampai dengan 4000 gram yaitu 3500 gram, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

2.      Berdasarkan pengkajian data subyektif dan obyektif, bayi Ny. K adalah bayi baru lahir normal cukup bulan (BCB) usia 1 jam.

3.      Secara keseluruhan tidak terdapat kesenjangan yang besar antara kasus dengan teori pada asuhan kebidanan pada bayi baru lahir namun hal itu juga tergantung pada keadaan klien sehingga penatalaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan klien dan tetap mengutamakan perawatan neonatal esensial pada saat lahir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta: DepkesRI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes

Haws, Paulette S. 2007. Asuhan Neonatus: Rujukan Cepat, alih bahasa H.Y Kuncara. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

JNPK-KR. 2014. Asuhan Persalinan Normal: Asuha Esensial Bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir serta Penatalaksanaan Komplikasi Segera Pascca Persalinan dan Nifas. Revisi 6. Jakarta: JNPK-KR.

Kemenkes. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukkan. Jakarta: Kemenkes RI.

Khoirunnisa, Endang. (2010). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

M. Sholeh Kosim, dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

          Manuaba (2011). Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumahsakit. Jakarta: IDAI

Manuaba,IBG.. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk. Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC

Myles. 2009. Buku Ajar Bidan, Cetakan 1. Jakarta: EGC.

Nugroho, dr. Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan, Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam,Yogyakarta : Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Jakarta : Bina Pustaka

Saifuddin, Abdul Bari, et al. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwonono Prawirohardjo: Jakarta.

Sarwono Prawirohardjo Sudarti, dkk. (2012). Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, persalinan, neonates, bayi dan balita. Yogyakarta : Nuha Medika

Soetjiningsih dan IG. N. G. Ranuh. 2016. Tumbuh Kembang Anak. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Stright, Barbara. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC. 

Varney, Helen. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. 

Yanti, D., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas: Belajar Menjadi Bidan Profesional. Bandung: PT Refika Aditama.

 

 

 

 

Komentar

Trending

Evian Brumisateur Facial Spray Review

Pas lagi nyari produk untuk melembabkan wajah, banyak yang saranin buat pakai produk Evian. Aku gak tau produk apa itu dan bagaimana rupa produk tersebut. Aku coba browsing tentang produk ini dan dapet banyak kabar, katanya produk ini bagus banget. Aku tinggal di Kota Serang dan gak tau bisa dapet produknya dimana. Suatu hari nih, hehe, aku ke toko buku di Intermedia yang terletak di Ciceri Kota Serang Banten, kira-kira 15 menit dari rumah aku. Setelah selesai beli buku, aku berniat untuk beli body lotion di toko sebelah, yaitu gerai DAN+DAN. Masuk deh kesitu dan disambut sama mbak-mbak penjaganya yang ramah. Gak lama aku langsung dapet apa yang aku butuhin, namanya cewek, gakbisa banget buat nggak ngepoin produk apa aja yang dijual disana. hehe wahhhh... aku nemu nih produk yang lagi aku cari. kebetulan banget. Tapi di sana gak tertera harga Evian  Facial Spray, akhirnya aku tanya sama mbak-mbak yang nyambut aku pas dateng. Mbaknya bilang "Maaf ya label harganya bel...

Wajah Glowing dengan MS Glow (Review jujur tentang Ms Glow, baca sampai akhir yaa)

Semua perempuan pasti mendambakan wajah glowing, apalagi dengan budget yang pas-pasan. Sebelumnya aku pakai krim wajah dari salah satu klinik kecantikan ditempatku tinggal. Tapi aku ngerasa wajahku kusam, apalagi sekarang aku tinggal di kota Surabaya yang membuat aku harus bersahabat dengan matahari. Aku seorang mahasiswi di salah satu universitas negeri di Surabaya dan saat ini sedang memasuki program KKN pada akhir tahun 2017 di Gresik. Seorang mahasiswa yang sedang KKN harus lebih bersahabat dengan matahari, karena selalu melakukan kegiatan outdoor. Akibatnya wajah aku semakin kusam :( aku posting ini di tahun 2018 karena aku mau kasih review sesuai dengan pengalamanku. Akhirnya aku sharing dengan beberapa teman dan sampailah keputusanku untuk pakai Ms Glow. Awalnya aku belum tahu ternyata Ms Glow sudah buka cabang di Surabaya, aku dapet produknya dikirim temannya temenku yang tinggal di Malang, karena memang kantor pusat Ms Glow berada disana. Setelah aku melakukan konsultasi onlin...

Sudut Pertemuan

    Seseorang yang akan menemuimu di satu hari yang membahagiakan, seolah menjadi saksi bahwa ketetapan-Nya itu nyata. Seseorang yang bersedia untuk datang. Seseorang yang akan menjawab seluruh doa-doa selama masa penantian. Seseorang yang kamu minta kepada yang maha tepat.     Bisa saja ia yang selalu berada disampingmu, bisa juga ia adalah seseorang yang belum pernah kamu temui. Langkahnya dan langkahmu dituntun oleh-Nya, bertemu disatu titik yang sama, dalam waktu yang tepat dan keadaan yang tepat. Tidak ada yang tahu, kecuali Allah.     Waktu akan berjalan dengan sendirinya, sesuai kehendak-Nya. Tidak tergesa apalagi memaksa. Apa yang kita sangka baik, belum tentu sepenuhnya baik, pun sebaliknya. Jalani hari dengan sebaik-baiknya, dengan kesabaran bahwa akan ada jalan ini menemui satu sudut yang berbeda. Sudut yang terbentuk dari pertemuan kamu dan dia.     Jika hari itu datang, kamu akan memintanya untuk mencintaimu. Jika kamu saja tidak dapa...