SATUAN ACARA PENYULUHAN
1.
Pokok Bahasan : KB Pasca Salin
2. Sasaran : Ibu Hamil di Poli KIA Puskesmas D
3.
Hari/
tanggal : Januari 2019
4.
Waktu : 7.00-7.30
WIB
5.
Tujuan
Instruksional Umum :
Pada akhir penyuluhan ini peserta mampu mengetahui tentang KB Pasca Salin
6.
Tujuan Instruksional Khusus
:
a.
Peserta
mampu menjelaskan pengertian Kontrasepsi Pasca Persalinan
b.
Peserta
mampu menyebutkan Alasan
Pemasangan Kontrasepsi Pasca Persalinan
c.
Peserta mampu
menjelaskan metode Kontrasepsi Pasca Persalinan
d.
Peserta
dapat menyebutkan Jenis Kontrasepsi Pasca Persalinan
7.
Media Penyuluhan : Leaflet
dan Power Point
8.
Metode Penyuluhan : Pre test, Ceramah, Tanya jawab, Post
test.
9.
Petugas penyuluh :
a)
Siwi Anindita V., S.Keb.
b)
Rina Septi Andriani, S.Keb.
c)
Rezita Endri S., S.Keb.
d)
Putri Ulin Nuha, S.Keb.
10.
Materi : Terlampir.
11.
Kegiatan Penyuluhan
:
No |
Kegiatan |
Waktu |
Kegiatan
Penyuluhan |
Kegiatan
Sasaran |
Media |
1. |
Pembukaan |
5menit |
a)
Salam
pembuka. b)
Memperkenalkan
diri. c)
Menyebutkan tentang
materi penyuluhan. d)
Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan. e)
Melakukan
pre test |
Mendengarkan dan menjawab pre test |
Microphone |
2. |
Penyuluhan |
15 menit |
a) Menjelaskan pengertian Kontrasepsi
Pasca Persalinan b) Peserta mampu menyebutkan Alasan Pemasangan Kontrasepsi Pasca
Persalinan c) Peserta mampu menjelaskan metode Kontrasepsi Pasca
Persalinan d) Peserta dapat menyebutkan Jenis Kontrasepsi Pasca Persalinan |
Memperhatikan penyuluhan |
Microphone, leaflet |
3. |
Penutup |
10 menit |
a) Memberi
kesempatan kepada peserta untuk
bertanya. b) Memberi
pertanyaan tanpa penunjukan penjawab. c) Menyimpulkan materi secara garis besar. d) Melakukan post test. e) Salam penutup. |
a) Mengajukan pertanyaan. b) Menanggapi jawaban. c) Menjawab post test. d)Menanggapi
salam |
Microphone, leaflet,
Post Test |
12. Evaluasi
a. Struktur
:
1)
Materi, Media dan SAP
telah dipersiapkan denganbaik.
2)
Daftar hadir peserta
penyuluhan telah di persiapkan dengan baik.
b. Proses.
1)
Penyuluhan dimulai
tepat waktu.
2)
Peserta antusias
terhadap materi penyuluhan.
3)
Peserta mengajukan
pertanyaan dan bisa menjawab pertanyaan dengan benar.
4)
Peserta mengikuti
penyuluhan sampai selesai.
5)
Penyuluhan berjalan
lancar sesuai SAP.
c. Hasil
:
1)
Peserta mampu
mendefinisikan KB Pasca Persalinan dengan benar
2)
Peserta mampu menyebutkan alasan pemasangan KB pasca persalinan
3)
Peserta mampu menjelaskan
metode kontrasepsi pasca persalinan
4)
Peserta mampu
menyebutkan jenis kontrasepsi pasca persalinan
5)
Terjadi peningkatan
pengetahuan pada peserta dilihat dari nilai pre test dan posttest dimana
masing-masing test terdapat 5 soal pilihan ganda yang sama.
1. Apa
saja manfaat metode kontrasepsi paska persalinan?
a. Menghindari
kehamilan resiko tinggi
b. Menurunkan
angka kematian ibu dan bayi
c. Mencegah
hilangnya kesempatan ber-KB
d. Semua
benar
2. Kapan
penggunaan metode kontrasepsi paska persalinan?
a. Pada
masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan
b. Setelah
mendapatkan menstruasi pertama setelah melahirkan
c. Pada
masa nifas sampai dengan 6 bulan setelah melahirkan
d. Pada
masa nifas sampai dengan 2 tahun setelah melahirkan
3. Apa
saja kontrasepsi yang dapat digunakan paska persalinan?
a. IUD
b. MAL
c. Kontrasepsi
hormonal
d. Semua
benar
4. Manakah
yang termasuk metode kontrasepsi hormonal?
a. MAL
b. Suntik
c. IUD
d. Kondom
5. Dimana
Anda dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi paska persalinan?
a. Puskesmas
b. Praktik
Mandiri Bidan
c. Rumah
Sakit
d. Semua
benar
6)
Terdapat feedback dari
peserta berupa pertanyaan yang diluar tema
(pertanyaan akan dilampirkan pada evaluasi).
LAMPIRAN MATERI
KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN
1.
Pengertian Kontrasepsi Pasca Persalinan
KB Pasca Persalinan
merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat dan obat
kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 42 hari atau 6 minggu setelah melahirkan, sedangkan KB Pasca Keguguran
merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat dan obat
kontrasepsi setelah mengalami keguguran sampai dengan kurun waktu 14 hari (BKKBN, 2017).
2.
Manfaat KB
pasca salin
-
Menghindari kehamilan risiko tinggi
-
Menurunkan AKI dan AKB
-
Membentuk keluarga bahagia sejahtera
3.
Jenis Kontrasepsi Pasca Bersalin
A. Non
Hormonal
1) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metoda
amenore laktasi adalah metode kontrasepsi sementara yang bisa dimulai sejak
bayi lahir sampai 6 bulan pasca persalinan jika pasien memenuhi 3 kriteria yang
telah ditetapkan, antara lain :
a) Pasien belum menstruasi (lochea pada 8 minggu awal masa pasca
persalinan tidak dianggap sebagai perdarahan menstruasi. Setelah perode ini 2
hari perdarahan atau bercak pada pasien dianggap sebagai menstruasi pasien
sudah kembali).
b) Bayi menyusui secara penuh atau hampir penuh, yaitu :
·
Bayi
disusui pada saat siang dan malam
·
Bayi
disusui dengan jarak tidak boleh lebih dari 4 jam
·
Bayi tidak
mendapat makanan atau minuman tambahan lainnya
Lebih efektif bila pemberian lebi dari 8
kali sehari.
c)
Umur bayi
kurang dari 6 bulan.
Mekanisme metoda amenore laktasi adalah stimulasi yang dihasilkan
dari proses penghisapan yang dilakukan oleh bayi akan diubah menjadi sinyal
yang akan diteruskan ke hipotalamus dan hipofisis anterior. Sinyal yang dikirim
akan menyebabkan perubahan kadar FSH dan LH yang mencegah terjadinya ovulasi.
Kadar hormon tinggi ini dipertahankan oleh proses penghisapan puting susu yang
sering oleh bayi, dengan jarak antar menyusui tidak lebih dari 4-6 jam.
Keberhasilan metoda amenora laktasi sangat dipengaruhi oleh frekuensi menyusui,
hal ini dipengaruhi oleh, penggunaan dot, botol untuk menyusui, pemberian
makanan selain asi, jarak yang panjang diantara menyusui, stress dan penyakit
pada ibu atau anak.
Penelitian yang dilakukan menunjukkan wanita yang memenuhi 3 kriteria
metoda amenore laktasi (amenore, menyusui secara penuh dan < 6 bulan
pascapersalinan) memiliki angka keberhasilan 98% atau lebih sebagai metoda
kontrasepsi (LINKAGES, 2004; ABM, 2005). Keuntungan dari MAL adalah bisa
dimulai segera setelah persalinan, sangat efektif (keberhasilan
98% pada enam bulan pasca persalinan), sangat ekonomis dan mudah, tidak
mempunyai efek samping hormonal,
tidak mempengaruhi hubungan seksual, dan meningkatkan proses menyusui.
Sedangkan kerugian dari MAL adalah metoda
jangka pendek (hingga 6 bulan), perlu persiapan sejak
perawatan kehamilan agar dapar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan,
membutuhkan
proses menyusui yang mungkin tidak nyaman bagi sebagian wanita, tidak
melindungi wanita dari penyakit menular seksual atau HIV. Tidak terdapat efek samping pada MAL ini.
2) Kondom
Kondom merupakan
selubung/sarung karet sebagai salah satu metode kontrasepsi atau alat untuk
mencegah kehamilan dan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama.
Pengguna kondom perlu memperhatikan cara menggunkaan kondom yang benar dan
tepat. Adapun cara kerja kondom yakni menghalangi terjadinya pertemuan sperma
dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang
pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluan reproduksi
perempuan, serta mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang
terbuat dari lateks dan vinil).
Keuntungan pada penggunaan
kondom ada 2 yakni keunungan sebagai kontrasepsi dan non kontrasepsi.
Keuntungan kontrasepsinya yakni efektif mencegah kehamilan bila digunakan
dangan benar, tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien,
tidak mempunyai pengaruh sistemik, murah dan dapat dibeli secara umum, tidak
perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus, dan metode kontrasepsi
sementara bila metode kontrasepsinya harus ditunda. Sedangkan keuntungan non
kontrasepsinya adalah dapat membantu mencegah terjadinya kanker serviks
(mengurangi iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks), mecegah penularan
IMS, HIV, memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB, mencegah ejakulasi
dini, mencegah imuno infertilitas.
Adapun keterbatasan dalam
pemakaian kondom berupa efektivitas tidak terlalu tinggi, cara penggunaan
sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi, agak mengganggu hubungan seksusal
(mengurangi sentuhan langsung), bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan
ereksi, harus selalu tersedia setiap kali berhubungna seksual, dan pembuangan
kondom bekas mungkin menimbulka masalah dalam hal limbah.
3) AKDR (Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) atau yang lebih dikenal dengan IUD (Intra
Uterine Devices) adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsur tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan
berbagai bentuk yang dipasangkan ke dalam rahim untuk menghasilkan efek
kontrasepsi.
Intra uterine devices
(IUD) merupakan benda asing yang
dimasukkan ke dalam rahim. Keberadannya dapat merangsang timbulnya reaksi tubuh
terhadap benda asing berupa terhalangnya
proses nidasi, menimbulkan terjadinya
perubahan pengeluaran cairan dan prostaglandin yang dapat menghalangi
kapasitasi spermatozoa. Pada IUD yang mengandung logam, akan menganggu gerakan
spermatozoa dan mengurangi kemampuan melakukan konsepsi.
IUD merupakan pilihan kontrasepsi yang tepat digunakan pada masa
pasca persalinan tanpa melihat status menyusui ibu, karena tidak mempengaruhi
kadar hormonal (Shulman, 2011).
Waktu pemasangan IUD dibagi menjadi:
a)
Pemasangan post plasenta
Pemasangan
IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada persalinan pervaginam.
Pemasangan bisa dilakukan dengan menggunakan ringed forceps atau secara manual. Pada saat ini serviks masih
berdilatasi sehingga memungkinkan untuk penggunaan tangan atau forsep.
Penggunaan inserter IUD interval tidak bisa digunakan pada pemasangan post
plasenta, karena ukuran inserter yang pendek sehingga tidak bisa mencapai
fundus selain itu, karena uterus yang
masih lunak sehingga memungkinkan terjadinya perforasi lebih besar dibandingkan
dengan menggunakan ringed forceps
atau secara manual.
b)
Pemasangan segera pasca persalinan
Pemasangan
IUD pada masa ini dilakukan setelah periode post plasenta sampai 48 jam pasca
persalinan.Teknik pemasangan IUD pada saat ini masih bisa dengan menggunakan ringed forsep, karena serviks masih
berdilatasi, tetapi tidak bisa dilakukan secara manual. Penggunaan inserter IUD
interval sebaiknya tidak digunakan, karena kemungkinan terjadinya perforasi
yang lebih tinggi.
c)
Pemasangan IUD transcesarian
Pemasangan
pada transcesarian dilakukan sebelum penjahitan insisi uterus. Bisa
dilakukan dengan meletakkan IUD pada fundus uteri secara manual atau dengan
menggunakan alat. Pemasangan IUD setelah 48 jam sampai 4 minggu pasca persalinan
tidak dianjurkan karena angka kejadian ekspulsi yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pemasangan segera pasca persalinan dan pemasangan IUD
interval (WHO 2004).
d)
Pemasangan IUD pasca abortus
Merupakan
pemasangan IUD setelah terjadinya abortus
a) Trimester 1 : bisa dilakukan dengan teknik pemasangan IUD interval
karena serviks berdilatasi minimal dan hanya inserter IUD yang bisa masuk
kedalam kavum uteri. Selain itu ukuran uterus relatif tidak mengalami
perbesaran dan lebih kaku sehingga mempunyai angka resiko perforasi yang kecil.
b) Trimester 2 : bisa dilakukan dengan menggunakan teknik interval
atau dengan menggunakan teknik forsep. forsep digunakan jika serviks cukup
berdilatasi.
e)
Pemasangan IUD interval
Merupakan
pemasangan IUD yang dilakukan lebih dari 4 minggu pasca persalinan.Pemasangan
IUD dilakukan dengan menggunakan inserter IUD.
Efektivitas Insersi dini
pasca plasenta telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan
pendarahan, kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko
ekspulsi serta kontra indikasi pemasangan AKDR pascaplasenta ialah ketuban
pecah sebelum waktunya, infeksi intra partum, dan pendarahan post partum.
Keuntungannya yaitu
efektifitas tinggi, 99,2-99,4%, dapat efekstif segera setelah pemasangan,
metode jangka panjang, sangat efektif karena tidak perlu mnegingat-ingat, tidak
mempengaruhi hubungan seksual, tidak ada efek samping hormonal, tidak
mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Adapun keterbatasannya tidak mencegah
Infeksi Menular Seksual, tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan, diperlukan prosedur medis termasuk
pemeriksaan pelvis, klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke
waktu.
Sebagian besar
perempuan bisa memakai AKDR secara aman, kecuali jika sedang hamil, baru saja
melahirkan (2-28 hari pasca persalinan), memiliki resiko IMS atau HIV, menstruasi
yang tak biasa, infeksi atau masalah pada organ perempuan. IUD memiliki efek
samping, sebagian besar efek samping TIDAK berbahaya dan BUKAN
tanda-tanda penyakit.
a)
Setelah
pemasangan :
·
Kram
selama beberapa hari
·
Bercak/flek
selama beberapa minggu
b)
Efek
samping umum lainnya :
·
Perubahan
siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
·
Haid
lebih lama dan lebih banyak
·
Bercak
diantara siklus haid
·
Kram
atau rasa nyeri selama haid
4) Kontrasepsi
Mantap
a) Tubektomi
(Metode Operasi Wanita/MOW)
Metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang
wanita bila tidak ingin hamil lagi degan cara mengoklusi tuba falopi (mengikat
dan memotong atau memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum. Waktu MOW idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan, dapat
dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi sesar, jika tidak
dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah persalinan, ditunda 4-6 minggu.
Keuntungan :
·
Efektivitas
tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
·
Tidak
mempengaruhi proses menyusui
·
Tidak
begantung pada faktor senggama
·
Tidak ada
perubahan dalam fungsi seksual
·
Berkurangnya
risiko kanker ovarium
Keterbatasan :
·
Harus
dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali,
kecuali dengan opeasi rekanalisasi)
·
Rasa
sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
·
Dilakukan
oleh dokter yang terlatih
·
Tidak
melindungi diri dari IMS, hepatitis dan HIV/AIDS.
Efek samping :
·
Rasa
sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
·
Risiko
komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anastesi umum).
b) Vasektomi
(Metode Operasi Pria/MOP)
Prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan mengoklusi vasa deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisai (penyatuan dengna ovum) tidak terjadi. MOP dapat dilakukan
kapan saja.
Keuntungan:
·
Efektivitas
tinggi 99,6-99,8%.
·
Sangat
aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang
·
Morbiditas
dan mortalitas jarang
·
Hanya
sekali aplikasi dan efektid dalam jangka panjang.
Keterbatasn :
·
Tidak
efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah
prosedur (kurang lebih 20 kali ejakulasi)
·
Komplikasi
minor 5-10% seperti infeksi, perdarahan, nyeri pasca operasi.
·
Teknik
tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi pendarahan dan nyeri dibandingkan
teknik insisi.
B. Hormonal
Rekomendasi dari Centers for
disease control (CDC) Amerika Serikat menganjurkan wanita pasca persalinan
untuk tidak menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi pada 21 hari pertama
pasca persalinan karena tingginya angka kejadian trombo emboli vena. Pada hari
ke 21 sampai 42 pasca persalinan, kontrasepsi hormonal
kombinasi bisa diberikan pada wanita yang tidak memiliki resiko tromboemboli
vena. Dan setelah 42 hari pasca
persalinan kontrasepsi hormonal kombinasi bisa digunakan. (JHPIEGO, 2008).
1) Kontrasepsi
Hormonal Progesteron
Penggunaan
kontrasepsi yang mengandung hormone progesteron tidak menekan proses laktasi
dan bisa digunakan pada wanita pasca persalinan. Meskipun hormon progesteron
bisa melewati air susu akan tetapi tidak menunjukkan efek pada pertumbuhan
bayi. Penggunaan kontrasepsi yang hanya mengandung hormon progesteron termasuk
pil progesterone, injeksi depo medroxyprogesterone acetate, dan implant aman
digunakan pada wanita pasca melahirkan termasuk wanita yang menyusui dan bisa
diberikan segera pada pasca persalinan.Penggunaan IUD termasuk yang mengandung
levonorgestrel dan Cu-IUD bisa di pasang pada periode pasca persalinan,
termasuk segera setelah pasca persalinan. Penggunaan kondom bisa dilakukan
kapan saja, penggunaan diafragma sebaiknya pada 6 minggu pasca persalinan
(WHO,2010; Shulman, 2011)
a) PIL
Jenis
·
Kemasan 28 pil berisi 57 µg norgestrel
·
Kemasan 35 pil berisi 300 µg levonorgestrel atau 350 µg norethindrone
Keuntungan :
·
Efektif jika diminum setiap hari di waktu yang sama (0,05 – 5
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama)
·
Tidak diperlukan pemeriksaan panggul
·
Tidak mempengaruhi ASI
·
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
·
Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian dihentikan
·
Mudah digunakan dan nyaman
·
Efek samping kecil
Keterbatasan :
·
Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
·
Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
·
Resiko kehamilan etopik cukup tinggi, tetapi risiko ini lebih rendah jika
dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan mini pil
·
Efektivitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberculosis atau obat epilepsy
·
Tidak mencegah IMS
Efek samping
·
Hamper 30 – 60% mengalami gangguan haid (perdarahan antara menstruasi,
spotting, amenorrhea)
·
Peningkatan/penurunan berat badan
·
Payudara menjadi tegang, mual, sakit kepala, dermatitis atau jerawat.
Waktu mulai menggunakan
·
Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca persalinan
·
Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah persalinan.
b) Injeksi/Suntikan
Jenis
·
Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan
setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular didaerah bokong.
·
Depo nerotosteron enanatat mengandung 200mg noretindron enantat,
diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular.
Keuntungan
·
Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama)
·
Pencegahan kehamilan jangka panjang
·
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
·
Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdamppak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.
·
Tidak mempengaruhi ASI
·
Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
·
Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
·
Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
Keterbatasan
·
Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali sesuai jadwal suntikan)
·
Tidak dapat dihentikan sewajtu-waktu sebelum suntikan berikut
·
Tidak mencegah IMS
·
Terlambatnya kembalinya kesuburan setelah penghentian pemakaian.
Efek samping
·
Gangguan haid seperti sikus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan
yang banyak atau sedikit, perdarahan bercak/spoting, tidak haid sama sekali.
·
Peningkatan berat badan
·
Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
Yang tidak boleh menggunakan
·
Hamil atau dicurigai hamil risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran
·
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
·
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan hair terutama amenorrhea.
·
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
·
Diabetes mellitus disertai komplikasi.
Waktu mulai menggunakan
·
Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca persalinan.
·
Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah persalinan.
c) Implan
Alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin yang dibungkus
dalam kapsul silastik silicon polidimetri
Jenis
·
Norplan, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, diameter 2,4 mm yang diisi dengna 36 mg levonorgesrel dan lama kerjanya
5 tahun
·
Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40 mm, diameter 2 mm yang diisi dengna 68 mg 3 keto desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.
·
Jadelle dan Indoplan, terdiri dari dua batang berisi 75 mg Levonorgestrel
dengan lama kerjanya 3 tahun.
Keuntungan, dibagi menjadi 2 yaitu :
1)
Keuntungan Kontrasepsi
·
Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1,0 kehamilan per 100 perempuan)
·
Daya guna tinggi
·
Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
·
Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
·
Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
·
Bebas dari pengarh estrogen
·
Tidak mengganggu hubungan seksual
·
Tidak mengganggu ASI
2)
Non Kontrasepsi
·
Mengurangi nyeri haid
·
Mengurangi jumlah darah haid
·
Mengurangi/memperbaiki anemia
·
Melindungi terjadinya kanker endometrium
·
Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara
·
Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul
Keterbatasan
·
Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
·
Tidak mencegah IMS
·
Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, akan tetapi
harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
·
Efektivitas menurun bila menggunakan obat tuberculosis atau obat epilepsy
Kontraindikasi
·
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
·
Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
·
Tidak dapat menerima perubahan pola haid ang terjadi
·
Mioma uteri dan kanker payudara
·
Gangguan toleransi glukosa
Waktu mulai menggunakan implant
Waktu pemasangan minimal 4 minggu pasca persalinan.
2) Hormon
Kombinasi
a) PIL
Jenis
·
Monofasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif astrogen/progestin
dalma dosis yang sama dan 7 tablet tanpa hormone aktif.
·
Bifasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin
dengan dua dosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif
·
Trifasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin
dengan tiga dosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Waktu
mulai menggunakan
Direkomendasikan
hanya untuk ibu tidak menyusui :
·
Ibu pasca persalinan : aman digunakan setelah 3 minggu pasca persalinan.
·
Ibu pasca keguguran : segera atau dalam 7 hari pasca keguguran.
Keuntungan
·
Efektivitas yang tinggi ( 1 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan)
·
Tidak mengganggu hubungan seksual
·
Mudah dihentikan setiap saat
·
Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
·
Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
·
Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium,
kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan jinak pada payudara,
dismenore.
Keterbatasan
·
Tidak boleh diberikan kepada perempuan menyusui
·
Tidak mencegah IMS
Efek
samping
·
Mual terutama pada 3 bulan pertama
·
Perdarahan bercak atau perdarahan antara 2 haid terutama 3 bulan pertma
·
Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan
suasana hai sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seksual berkurang.
·
Dapat meningkatakan tekanan darah dan retensi cairan sehingga risiko
stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena sedikit meningkat.
b) Injeksi/Suntikan
Jenis
·
25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi intramuscular sebulan sekali.
·
50 mg Noretindron enantat dan 5 mg Estrasiol Valerat yang diberikan
injeksi intramuscular sebulan sekali.
Keuntungan
dalam kontrasepsi dan non kontrasepsi
(1)
Keuntungan kontrasepsi
·
Sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan)
·
Risiko terhadap kesehatan kecil
·
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
·
Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
·
Efek samping sangat kecil
(2)
Non kontrasepsi
·
Mengurangi jumlah pendarahan
·
Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
·
tMencegah kehamila ektopik
·
Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usai perimenopause
Kekurangan
·
Pada haid tidak teratur, peradarahan bercak atau perdarahan sela sampai
10 hari
·
Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
·
Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat epilepsy atau
obat tuberculosis.
·
Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B.
·
Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
Waktu
mulai menggunakan
Direkomendasikan
hanya untuk ibu tidak menyusui
·
Ibu pasca persalinan : aman digunakan setelah 3 minggu pasca persalinan.
·
Ibu pasca keguguan : segera atau dalam 7 hari setelah keguguran
Efek
samping
·
Pola haid tidak teratur, perdarahan bercak atau perdarahan antara 2 haid
sampai 10 hari
·
Penambahan berat badan
Kontraindikasi
·
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
·
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenore
·
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
·
Diabetes Melitus disertai komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Keseharan
RI.2014.Pedoman Pelayanan Keluarga
Berencana Pasca Persalinan Di Fasilitas Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Lesnewski R, Prine L Initiating Hormonal Contraception accessed from www.aafp.org/afp
on august 22nd 2011.
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sumadikarya, Nugroho AW. Rekomendasi
Praktik Pilihan untuk Penggunaan Kontrasepsi ( Selected Practice Recommendation for Contraceptive Use ) Penerbit
Buku Kedokteran EGC , Jakarta , 2009.
The Academy of Breastfeeding
Medicine.Clinical Protocol Number #13 ;
Contraception during Breastfeeding 2005.
The LINKAGES Project ,LAM ( Lactational Amenorrhea Method ) : A
Modern Postpartum Contraceptive Method for Women who Breastfeed , Training
Module for Health and Family Service Providers, Washington, 2004.
USAID- Engender Health / The
ACQUIRE Project, The Postpartum
Intrautrine Device, A Training Course for Service Providers, Participant
Handbook, 2008
Update to CDC’s U.S. Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 2010:
Revised Recommendations for the Use of Contraceptive Methods During the
Postpartum Period MMWR / July 8, 2011 / Vol.
60 / No. 26
Widyastuti L , Saikia US,
Postpartum Contraceptive Use in Indonesia : Recent Patterns and Determinants
BKKBN
Workshop on Comprehensive
Postpartum Family Planning Care, Jhpiego Baltimore 2008
World Health Organization ,Department of Reproductive Health and
Research, Combined hormonal contraceptive use during
the postpartum period,
Geneva, 2010
Komentar
Posting Komentar