Langsung ke konten utama

Manusia Seperempat Abad

Himpunan Gambar Cantik 2 - 4{R-Girl Wallpaper} - Wattpad

https://www.wattpad.com/amp/667830044Tambahkan teks

    Aroma kopi Latte Macchiato membelai rongga hidung, menggoda bibir untuk segera menyeruputnya. Seketika tenggorokanku dibanjiri kehangatan dengan balutan rasa manis namun sedikit pahit. Ku lemparkan pandangan menuju luar jendela, langit telah diselimuti senja dan jalanan masih tampak basah sisa rintik hujan. Mataku menelisik seisi ruangan dan berhenti pada papan menu Kopi Kenangan Mantan. “Pantas saja rasa kopi ini terasa pahit,” ucapku dalam hati.

Cafe ini cukup nyaman, free Wi-Fi pula. Aku melirik layar ponsel, 7 Juli 2020, muncul pemberitahuan untuk pembaharuan beberapa aplikasi. Aku klik OK, selagi ada Wi-Fi gratis, pikirku. Aku penasaran dengan pembaharuan pada aplikasi berlogo kotak yang bertuliskan Instagram. Kini aku bisa memainkan fitur Instagram Story. Aku mengunggah sebuah konten untuk meminta pendapat kepada teman-teman online mengenai kesan menjadi manusia seperempat abad.

***

Gue ngerasa kalau gue masih boros banget. Selama ini kerja, tapi gue gak punya investasi apapun. Itu sih yang bikin gue insecure sama keadaan gue yang sekarang. –TY—

***

Sering ditanya “Kapan punya anak? Udah setahun menikah kenapa belum hamil?” Aduh gue pusing banget ladenin mulut-mulut netizen yang maha benar. Pas gue belum nikah, ditanya kapan nikah sampe gue mual dengernya. –SI—

***

Manusia seperempat abad yang belum bekerja, aku ngerasa gelisah banget sih. Selama ini aku jalanin bisnis yang gak seberapa sih, tapi lumayan aja hasilnya. –DAA—

***

Gue kadang iri sih liat postingan oranglain, wah 25 tahun udah punya bisnis, sukses lagi. Sedangkan gue kerja ya gini-gini aja wkwk. –NS—

***

Sering ditanya kapan nikah wkwk. Kalau ada temen yang single kenalin aja ke gue Sal haha. –BPP—

***

Kapan mbaknya nikah? Pasti itu pertanyaan yang menyeramkan buat orang yang belum nikah diumur 25 tahun. Ya kan? Wkwk. –WR—

***

Hmm. Just sharing an experience. Kebayang gak kamu diposisi kakak yang belum menikah, dan adik kamu menikah bulan lalu. Dilema banget aku, berat banget rasanya, apalagi kalau denger pertanyaan tetangga yang bikin sakit kepala sampe ke hati. Urusan jodoh memang udah diatur, banyak pasangan yang merencanakan pernikahan tapi ternyata batal pas mendekati hari H. Ya karena manusia hanya bisa berencana. Gak boleh ngerasa kalah saing sama adik sendiri sih, gaktau ya ini bener atau enggak statement aku. Pasti dalam hati adik aku juga ada rasa gak nyaman. Meskipun wajahnya keliatan bahagia, tapi hati kecilnya merasakan sakit yang kakaknya alami. Kalau boleh memilih, mungkin dia ingin kebahagiaan yang sempurna, sepenuhnya dia menyadari bahwa ada sang kakak yang harus berkorban. Karena itu, bibirnya tak lepas mendoakan kakaknya agar mendapatkan jodoh terbaik di waktu yang paling tepat. –RMH—

***

Gue baru aja putus 2 bulan lalu dan selama 2 tahun gue terjebak di toxic relationship. 3 bulan lagi gue 26 tahun, gue jadi kayak ngerasa terpuruk. Gue ngerasa udah berkorban banyak tapi dia nya enggak. Sad story... –MS—

***

Untuk teman-teman online yang sudah menanggapi unggahanku, I feel you. You were born to be real, not to be perfect. Kita diciptakan Tuhan dengan maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan. Kita berharga, kita adalah orang terpilih, kita pasti mampu menjalankan ujian yang sedang kita hadapi. Tenang, ini hanyalah ujian dunia. Tetaplah lakukan yang terbaik. Aku mengunggah kata-kata yang sudah dirangkai sedemikian rupa.

***

Aku teringat kejadian September 2019 lalu. Sel-sel dalam tubuhku bertransformasi menjadi lebih tua, layaknya manusia seperempat abad. Selama aku hidup di dunia ini, apa yang sudah aku dapatkan? Karir yang cemerlang? Membangun keluarga yang diidamkan? Pendidikan tinggi yang membanggakan?

Terkadang aku terlalu sibuk untuk memenuhi standar sosial yang ada. Terkadang aku sibuk mencari validasi dalam banyak jiwa hanya untuk menilai diriku sendiri, seberapa berartinya aku bagi orang lain, seberapa diakuinya keberadaanku di mata orang lain. Nyatanya validasi bisa menjadi bumerang, terlebih jika aku mulai menggantungkan maknaku pada validasi tersebut.

Kerap kali aku tinggi hati atas pencapaian yang telah aku dapatkan, aku bisa melanjutkan pendidikan, mempunyai pacar yang bisa dibanggakan di mata orang lain dan sudah berjalan hampir enam tahun, orang tua dan keluarga yang selalu mendukung, pertemanan yang bermakna. Satu hal yang kerap aku lupakan, bersyukur. Sampai suatu ketika, aku mendapatkan sebuah ujian kehidupan yang cukup mengguncang psikologisku.

Saat itu aku adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di ujung Timur Jawa Dwipa, tepatnya di Kota Surabaya. Dalam hitungan bulan, aku akan melaksanakan perayaan kelulusan pendidikan profesiku. Tiba waktunya untuk merajut asa dan benar-benar mewujudkannya. Menyusun strategi untuk menata kehidupan, mulai dari mengembangkan karir, memaksimalkan hobi menulisku, serta membawa kisah asmara ke malighai cinta yang sesungguhnya.

Namun manusia hanya bisa berencana, Tuhan yang menentukan kemudian. Ternyata kisah asmara yang selama ini dirajut dengan benang wol merah muda, hancur disobek-sobek tanpa pernah menjadi sebuah baju hangat yang cantik. Pengkhianatan telah aku dapatkan dengan sangat kejam, hubungan jarak jauh yang kami jalankan selama bertahun-tahun tinggal menjadi kenangan. Aku mencoba memaknai kembali kejadian yang aku alami.

Aku kunyah masalahku seperti aku sedang menikmati makanan favorit, sate padang. Kemudian aku telan dan besok aku hanya perlu buang air. Sesimpel itu. “Aku bersyukur, cuma butuh waktu tiga hari buat lupain semuanya,” ucapku pada seorang sahabat. Pikirku begitu, ternyata apa hebatnya mengulum keluh? Berpura-pura sembuh, padahal jiwa tinggal separuh. Aku melupakan bahwa aku diberikan otak yang bekerja dengan baik. Beberapa memori kerap kali muncul dalam otakku. Layaknya Jalangkung, yang datang tak diundang dan pulang tak diantar. Mungkin aku terlalu gusar untuk melalui fase healing.

Aku sadar bahwa aku sudah memaksakan semuanya. Memaksakan diri untuk merasa baik-baik saja. Nyatanya, urusan hati tidak ada indikator kapan waktu yang tepat untuk sembuh. Setiap orang berbeda. Sebagian orang hanya sedang mengaktifkan mode defensif pada dirinya, menolak untuk jujur dengan apa yang dirasakan. Tapi setiap orang tentunya punya pilihan masing-masing, hanya saja mode tersebut tidak cocok untuk diterapkan pada diriku.

***

Aku tlah tahu kita memang tak mungkin, tapi mengapa kita selalu bertemu?

Aku tlah tahu hati ini harus menghindar, namun kenyataan ku tak bisa

Maafkan aku, terlanjur mencinta.

Lantunan merdu penyanyi wanita meninabobokan seisi ruangan cafe, membuatku tersadar dari lamunan yang cukup panjang. Telingaku tampak asing dengan lagu ini. Pandanganku terfokus pada sosok didepanku, seorang perempuan muda yang sibuk dengan ponselnya. Memotret minuman di hadapannya. Hasil jepretan dipandangnya sebentar, kemudian memotret kembali. Begitu terus sampai lima kali. Ponsel yang digunakan memiliki 3 lingkaran kamera di bagian belakangnya, sebuah logo apel terpampang tidak jauh dari lingkaran-lingkaran tersebut. “Ponsel tipe apa ya? Rasanya aku belum pernah lihat sebelumnya,” batinku dalam hati.

Kulirik layar ponsel kembali, beberapa tanggapan dari Instagram Story memenuhi layar. Sudah dapat ditebak jawabannya. Kekhawatiran manusia seperempat abad tidaklah jauh dari status pernikahan, pekerjaan, dan kesuksesan yang dinilai dari materi.

Sudah jam 9 malam. Biasanya ponselku sudah menyanyikan nada dering, menandakan sebuah panggilan masuk. Saatnya untuk pulang sebelum orang tuaku menghubungi. Aku bergegas beranjak menuju kasir, “Meja nomer berapa Kak?” Tanya seorang laki-laki yang ada didepanku, tersenyum ramah, bersiap menekan angka yang ada di layar komputernya untuk melihat rincian pesanan.

“Nomer sebelas, Mas,” ucapku sambil mengeluarkan uang pecahan seratus ribu rupiah yang khas dengan gambar bunga merah muda, berbahan polymer, terpampang sosok Soekarno-Hatta. “Hot Latte Macchiato aja ya Kak?” Aku mengangguk dengan sigap. “Jadi 40.000 rupiah Kak,” ucapnya lagi. Aku menyodorkan uang yang sudah disiapkan. Penjaga kasir menerimanya dengan alis mengernyit. Dipandangnya lagi uang yang aku berikan. “Maaf Kak tapi uang ini kan sudah tidak beredar.” Ucapnya membuatku sangat terkejut, diikuti dengan pandangan beberapa pengunjung cafe kearahku. Aku mencoba mengingat-ingat, rasanya kemarin aku masih bertransaksi dengan uang ini. Aku mengambil kembali uang seratus ribu dari tangan penjaga kasir dan mencari uang lainnya. Aku menyodorkan pecahan dua puluh ribu dan dua lembar sepuluh ribu. Sang penjaga kasir menerima dan melakukan proses transaksi.

“Terimakasih ya Kak, silahkan datang kembali. Hati-hati di jalan.” Ucapnya ramah, tapi tampak jelas di wajahnya menggambarkan rasa heran karena aku mengeluarkan uang yang sudah tidak beredar. Aku melemparinya senyuman dan mengucapkan terimakasih.

Aku melangkahkan kaki, mendekatkan diri menuju papan bertuliskan exit. Satu meter lagi aku dapat meraih pegangan pintu yang terbuat dari kayu, tapi kuhentikan langkahku. Kupandangi wajahku di cermin yang tergantung di pintu, rasanya tidak ada yang salah dengan diriku. Kaki kanan kembali melangkah kedepan. Kutarik gagang pintu dan aku melangkahkan kaki keluar, namun tiba-tiba aku merasakan kakiku tidak menapaki apapun disana.

Tubuhku seketika terjun, mengikuti pergerakan gravitasi. Mataku menerawang mencari di mana jalanan yang sebelumnya aku lihat dari dalam cafe, aku merasakan tubuhku jatuh. Semakin jatuh. Apakah cafe tadi berada diatas langit? Itu sangat mustahil. Tubuhku semakin jauh terjatuh layaknya penerjun payung, tapi aku tidak menemukan parasut yang terpasang di tubuhku.

***

Mataku terbuka, kulihat atap berwarna putih. Sebelah kanan, tepatnya ditembok, tergantung agenda perkuliahan dan tertempel beberapa foto bersama pacar. Sebelah kiri aku hanya mendapati tembok dengan cat berwarna putih. Tanganku meraba kain yang menutupi tubuhku, sebuah selimut berwarna merah muda yang tidak asing. Ini kamar kosku.

Ternyata aku tertidur entah sudah berapa jam. Kulihat layar ponsel, masih dengan ponsel yang sama. 11 September 2017, pukul 01.00 malam. Tiba-tiba ponselku berdering, “Sayangku” melakukan panggilan video. “Hello.. Happy Birthday Sayang.” Ucap sesosok pria di layar ponselku, lengkap dengan kue dan lilin yang sudah dinyalakan.

Aku terpaku, mengingat mimpi yang baru saja aku alami. Sangat nyata. Namun kenyataannya aku adalah seorang mahasiswi berusia 23 tahun dan aku masih menjalin hubungan dengan pacarku yang berjalan hampir empat tahun.

Aku hanya bisa bersyukur dengan apa yang aku punya saat ini, mencoba berdamai dengan diri sendiri dan tidak membandingkan diriku dengan orang lain. Aku berjanji pada diriku untuk menjadi lebih baik dari diriku yang kemarin. Kita tak akan pernah menang melawan waktu. Jadi, jangan ditaklukkan, tapi dijalani sebaik-baiknya saja.

“Sayang lilinnya mau habis, masih make a wish?” Aku kembali tersadar dan mulai mengerucutkan bibirku, seolah-olah meniup lilin yang ada di layar ponsel. “Huffhh...” Lilin padam.

 

Komentar

Trending

Evian Brumisateur Facial Spray Review

Pas lagi nyari produk untuk melembabkan wajah, banyak yang saranin buat pakai produk Evian. Aku gak tau produk apa itu dan bagaimana rupa produk tersebut. Aku coba browsing tentang produk ini dan dapet banyak kabar, katanya produk ini bagus banget. Aku tinggal di Kota Serang dan gak tau bisa dapet produknya dimana. Suatu hari nih, hehe, aku ke toko buku di Intermedia yang terletak di Ciceri Kota Serang Banten, kira-kira 15 menit dari rumah aku. Setelah selesai beli buku, aku berniat untuk beli body lotion di toko sebelah, yaitu gerai DAN+DAN. Masuk deh kesitu dan disambut sama mbak-mbak penjaganya yang ramah. Gak lama aku langsung dapet apa yang aku butuhin, namanya cewek, gakbisa banget buat nggak ngepoin produk apa aja yang dijual disana. hehe wahhhh... aku nemu nih produk yang lagi aku cari. kebetulan banget. Tapi di sana gak tertera harga Evian  Facial Spray, akhirnya aku tanya sama mbak-mbak yang nyambut aku pas dateng. Mbaknya bilang "Maaf ya label harganya bel...

Wajah Glowing dengan MS Glow (Review jujur tentang Ms Glow, baca sampai akhir yaa)

Semua perempuan pasti mendambakan wajah glowing, apalagi dengan budget yang pas-pasan. Sebelumnya aku pakai krim wajah dari salah satu klinik kecantikan ditempatku tinggal. Tapi aku ngerasa wajahku kusam, apalagi sekarang aku tinggal di kota Surabaya yang membuat aku harus bersahabat dengan matahari. Aku seorang mahasiswi di salah satu universitas negeri di Surabaya dan saat ini sedang memasuki program KKN pada akhir tahun 2017 di Gresik. Seorang mahasiswa yang sedang KKN harus lebih bersahabat dengan matahari, karena selalu melakukan kegiatan outdoor. Akibatnya wajah aku semakin kusam :( aku posting ini di tahun 2018 karena aku mau kasih review sesuai dengan pengalamanku. Akhirnya aku sharing dengan beberapa teman dan sampailah keputusanku untuk pakai Ms Glow. Awalnya aku belum tahu ternyata Ms Glow sudah buka cabang di Surabaya, aku dapet produknya dikirim temannya temenku yang tinggal di Malang, karena memang kantor pusat Ms Glow berada disana. Setelah aku melakukan konsultasi onlin...

Sudut Pertemuan

    Seseorang yang akan menemuimu di satu hari yang membahagiakan, seolah menjadi saksi bahwa ketetapan-Nya itu nyata. Seseorang yang bersedia untuk datang. Seseorang yang akan menjawab seluruh doa-doa selama masa penantian. Seseorang yang kamu minta kepada yang maha tepat.     Bisa saja ia yang selalu berada disampingmu, bisa juga ia adalah seseorang yang belum pernah kamu temui. Langkahnya dan langkahmu dituntun oleh-Nya, bertemu disatu titik yang sama, dalam waktu yang tepat dan keadaan yang tepat. Tidak ada yang tahu, kecuali Allah.     Waktu akan berjalan dengan sendirinya, sesuai kehendak-Nya. Tidak tergesa apalagi memaksa. Apa yang kita sangka baik, belum tentu sepenuhnya baik, pun sebaliknya. Jalani hari dengan sebaik-baiknya, dengan kesabaran bahwa akan ada jalan ini menemui satu sudut yang berbeda. Sudut yang terbentuk dari pertemuan kamu dan dia.     Jika hari itu datang, kamu akan memintanya untuk mencintaimu. Jika kamu saja tidak dapa...